Berkaca dari kasus diatas, Fandhi Gautama dan co-founder AyahAsi, Rahmat Hidayat menjelaskan pentingnya pendidikan seks untuk anak.
Menurutnya, usaha orangtua memberikan pendidikan seks sejak dini—atau yang biasanya lebih nyaman disebut pendidikan kesehatan reproduksi—sangat baik dilakukan, dibandingkan membuat anak mempelajarinya sendiri.
Nyatanya, akibat rasa penasaran, informasi mengenai seks banyak didapatkan anak melalui media cetak dan elektronik saat dirinya beranjak remaja. Untuk menghindari kekeliruan pemahaman, ada baiknya pendidikan seks memang dimulai dari orangtua.
“Yang diajarkan itu bukan cuma soal kebutuhan seksnya tetapi juga soal kesehatan reproduksinya karena itu yang harus dijaga. Nah kesehatan reproduksi itu nanti hubungannya banyak, ada aktivitas seksual, ada perasaannya, dan sebagainya, yang sering kali jarang banget diajarkan ke anak-anak secara terang-terangan,” ujar Rahmat.
Tentunya banyak sekali manfaat dari kegiatan pembelajaran tersebut.
Salah satunya adalah memenuhi rasa ingin tahu anak. Melalui diskusi-diskusi yang telah dilakukan, anak akan merasa pertanyaan-pertanyaannya telah terjawab di rumah. Ia pun dapat memilah informasi yang didapatkan di luar sana.
Jangan lupa pula untuk ajarkan anak mengenai konsen dan batasan pemberian afeksi. Misalnya, minta anak untuk menahan orang lain jika ingin mencium pipinya. Ajarkan pula pada mereka masalah perizinan apabila ada orang yang melakukan itu.
Batasan pemberian afeksi ini juga akan ia bawa dalam lingkungan bermain dan sekolahnya. Hal ini bertujuan agar anak dapat membentengi diri dari kejadian tidak menyenangkan.
GridPop.ID (*)
Baca Juga: Bikin Makin Yahud, Coba Ganti Obat Kuat dengan Pisang Biar Hubungan Intim Nanti Malam Makin Membara
Source | : | Kompas.com,TribunnewsBogor.com |
Penulis | : | Andriana Oky |
Editor | : | Andriana Oky |
Komentar