GridPop.ID - Sosok Suarnati baru-baru ini menjadi viral.
Pasalnya dirinya menjadi sorotan karena membeli 100 gram emas di Tanah Suci, Makkah.
Latar belakang Suarnati pun turut dikuliti setelah aksinya viral.
Dilansir dari laman tribunnewsmaker.com, saat ditelusuri di kediamannya, di jalan Muhammad Tahir Lepping, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Suarnati rupanya memiliki toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Toko tersebut tepat berada di rumahnya yang berada di gang sempit.
Tak hanya miliki toko bahan campuran, Suarnati Daeng Kanang juga merupakan pengusaha burger yang diberi nama Hilda Burger.
Ia juga diketahui memiliki kos-kosan yang berada di rumahnya serta punya rumah kontrakan di Jembatan Merah, Jalan Cendrawasih, Kota Makassar.
Dari berbagai bisnisnya itu lah Daeng Kanang bisa membeli emas hingga ratusan gram dari Tanah Suci.
Dikatakan Winda, anak Daeng Kanang, ibunya itu sudah menunaikan ibadah umrah sebanyak tiga kali. Setiap pulang dari Tanah Suci, ibunya itu memang kerap membeli emas.
“Tiga kali mi pergi umroh. Selalu bawa emas begitu,” kata Winda, Jumat (7/7/2023),
Meski aksinya membeli emas ratusan gram dinilai pamer oleh warganet, namun tetangga Daeng Kanang menyebut wanita paruh baya itu dikenal sebagai sosok yang dermawan dan ramah.
Baca Juga: Sering Dikaitkan dengan Hal Mistis, Apa sih Arti Kata Arwarot yang Kini Sedang Viral di TikTok?
Menurut keterangan dari tetangganya yang tak disebutkan namanya itu, Daeng Kanang kerap memberi uang kepada masyarakat yang memiliki acara.
“Iya ibu haji (Daeng Kanang) dermawan suka bagi-bagi uang, ramah dengan tetangga,” ujarnya.
“Kalau ada kegiatan biasa menyumbang,” singkatnya.
Sementara mengutip dari laman kompas.com, karena aksinya viral, Suarnati pun akhirnya buka suara dan mengaku malu dan sedih.
Pasalnya ada alasan mengapa dirinya memakai emas ratusan gram saat pulang dari haji.
"Ya Allah, malu-maluku apa kata orang nanti pasti na bilang pamerka kodong (saya merasa malu, karena orang pasti menganggap saya pamer emas). Padahal saya juga tidak nyangka akan seperti ini (viral)," kata Suarnati kepada Kompas.com saat dikonfirmasi via WhatsApp (WA), Rabu (5/7/2023) malam.
Padahal, ia berpenampilan seperti itu, tak lain hanya untuk memenuhi nazarnya ketika pulang dari Tanah Suci.
"Iye kodong (Iya kasian) sebelum daftar (haji) memang sudah bernazar pakaian saya akan seperti ini (nyentrik dan memakai emas), tapi entah kenapa banyak yang hujat, (katanya saya) pamer," ujarnya.
Suarnati adalah jemaah haji debarkasi Makasaar kelompok terbang (kloter) pertama yang tiba di Asrama Haji Sudiang Makassar pukul 12.00 Wita bersama 392 rombongan lainnya.
Suarnati mengaku ada sekitar 180 gram emas yang ia kenakan saat tiba di Asrama Haji Sudiang Makassar.
Namun dari 180 gram emas yang dipakai tak semua ia beli dari Tanah Suci.
Baca Juga: Viral di TikTok, Inilah Sosok Ferry Aljabry Emak-emak yang Hobi Ngomel dengan Logat Betawi
"Dari Makassar separuh (emas) saya bawa. Sekitar 80 gram, kalau yang saya beli dari Tanah Suci mungkin 100 gram," kata Suarnati kepada awak media di Aula Arafah Asrama Haji Sudiang Makassar.
Dia mengungkapkan, per gram emas yang dibeli dari Tanah Suci harganya berkisar Rp 1.200.000.
"Saya belinya pakai uang real, pokoknya per gram sekitar Rp 1.200.000," ujarnya.
Ia mengaku sudah bernazar untuk membeli emas di Tanah Suci. Selain itu percaya lebih berkharisma saat mengenakan emas dari Tanah Suci.
"Saya sudah bernazar dari awal, belum mendaftar saya sudah nazar seandainya saya ke Tanah Suci bisa tidak ya saya begini (pakai emas), seperti orang-orang (jemaah haji) yang glamor saat pulang dari Tanah Suci," bebernya.
"Kharismanya beda dan saya percaya kalau sakit terus pakai emas dari Tanah Suci bisa sembuh," ungkapnya
Suarnati bercerita ia harus menunggu 13 tahun untuk menjadi ibadah haji. Bahkan dua hari sebelum berangkat, ia harus menjalani operasi batu empedu.
"Tapi alhamdulillah selama proses haji semua dilancarkan bahkan tidak pernah merasakan sakit pasca operasi," ujarnya. GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribunnewsmaker |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar