Memiliki palate atau langit-langit mulut yang terlalu rendah dan tebal sehingga dapat menyumbat aliran udara
Minum minuman beralkohol sebelum tidur sehingga membuat otot tenggorokan lebih rileks dan akan menghalangi aliran udara
Memiliki masalah pada pernapasan, termasuk karena hidung tersumbat dan deviasi septum di mana dinding pembatas pada hidung bengkok atau miring, sehingga jadi penyebab mengorok
Tidak mendapatkan tidur yang cukup sehingga membuat tenggorokan terlalu rileks
Tidur dengan posisi telentang sehingga gravitasi membuat tenggorokan menyempit dan menyebabkan penyumbatan saluran pernapasan
Selain beberapa kondisi tersebut, terdapat beberapa faktor risiko penyebab ngorok, seperti:
Berjenis kelamin laki-laki karena memiliki kecenderungan ngorok atau mengalami apnea tidur, di mana pernapasan tiba-tiba berhenti ketika tidur, dibandingkan dengan wanita
Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
Memiliki langit-langit yang panjang, atau tonsil atau kelenjar adenoid yang besar sehingga dapat menyumbat saluran pernapasan
Memiliki kebiasaan minum minuman beralkohol atau merokok
Memiliki riwayat mengorok atau apnea tidur di dalam keluarga
Siapa saja dapat mengorok ketika tidur, namun kebiasaan ini bisa jadi gejala dari penyakit yang lebih serius sehingga perlu ditangani secara medis, termasuk apnea tidur.
Namun, apnea tidur dan mengorok berbeda.
Mengorok umumnya jadi gejala apnea tidur, namun tidak semua orang yang mengorok mengidap apnea tidur.
Suara dengkuran yang disebabkan oleh apnea tidur umumnya terdengar lebih keras dan penderita akan mengalami tidur yang tidak berkualitas.
Bahkan, penderita apnea tidur yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan secara medis memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit kardiovaskular, tekanan darah tinggi, diabetes, dan depresi.
Komentar