Ayah Anna berangkat setiap jam tiga dini hari, sehingga Anna sudah terlatih mandiri sejak masih anak-anak.
Mainan Anna adalah mainan bekas yang diambil ayahnya dari tumpukan sampah.
Barang apa yang masih bisa diperbaiki akan dibawa pulang oleh sang ayah, kemudian diperbaiki hingga bisa dipakai lagi.
Karena ayahnya bekerja seharian, Anna selalu sendirian di rumah, memicu kekhawatiran sang ibu.
Anna akhirnya pindah untuk tinggal bersama ibu dan kakek buyutnya yang menjadi biarawati di kuil.
Sementara ibu Anna bekerja sebagai penyapu jalan.
"Ibu saya menyapu jalan setiap jam 5 pagi dan pergi bekerja hingga sore hari.
Ia masih lanjut mengerjakan pekerjaan lain sampai malam, tidak ada hari libur karena penghasilan tidak cukup dan takut tidak ada uang untuk menyekolahkan saya," cerita Anna.
Meski begitu, Anna adalah anak yang rajin dan pintar di sekolahnya.
Sang ibu melihat hal itu tak ingin menyia-nyiakan kemampuan anaknya.
Ia bekerja setiap hari sambil terus mendorong putrinya belajar.
Source | : | TribunStyle.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar