"Mungkin wanita yang pra menopause tidak merasa ingin berhubungan seks. Mungkin ada trade-off antara terus ovulasi dan berhenti,” ujarnya.
"Yang artinya, jika kamu tidak berhubungan seks, tubuh berpikir kamu tidak mungkin hamil, jadi tidak akan ada gunanya mempertahankan fungsi ovulasi,” kata Arnot.
Ovulasi membutuhkan satu ton energi dari tubuh, yang dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh kita.
"Jadi mungkin ada titik kehidupan di mana lebih baik berhenti berovulasi dan menginvestasikan energimu di tempat lain jika kamu tidak akan punya bayi (karena kamu tidak berhubungan seks),” jelas Arnot lagi.
Menariknya, temuan ini membantah spekulasi bahwa terpapar feromon pasangan pria dapat memengaruhi waktu menopause.
Faktanya, penulis penelitian mengatakan “Tidak ada bukti konklusif bahwa manusia menghasilkan feromon, atau bahwa mereka mampu mendeteksi,” ujarnya.
Dan sementara faktor genetik jelas berperan, waktu menopause juga terkait dengan pengaruh lain, termasuk faktor gaya hidup seperti merokok dan berapa banyak telur yang dilahirkannya.
"Tentu saja, menopause adalah hal yang tak terhindarkan bagi wanita, dan tidak ada intervensi perilaku yang akan mencegah penghentian reproduksi," kata penulis penelitian.
"Meskipun demikian, hasil ini merupakan indikasi awal, bahwa waktu menopause mungkin adaptif dalam menanggapi perilaku seksual."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berhubungan Seks Secara Teratur Dapat Membantu Menunda Menopause"
Baca Juga: Sering Anyang-anyangan Usai Hubungan Intim? Yuk Cegah dengan 4 Cara Ini
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Helna Estalansa |
Komentar