Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai seorang putra yang bernama I Sangaji Ga’dong, yang kelak saat dewasa naik tahta menjadi Karaeng Marusu II, menggantikan kedudukan sang kakek, Karaeng Loe Ri.
Diserang Kerajaan Gowa
Sekitar tahun 1510-1546, Kerajaan Marusu mendapat serangan dari Karaeng Tumapa’risika Kallonna, Raja Gowa IX, yang kala itu sedang memperluas ekspansinya.
Awalnya, para laskar Kerajaan Marusu berhasil membendung serangan tersebut, sehingga para laskar Kerajaan Gowa pulang dengan tangan kosong.
Namun, dalam serangan berikutnya, laskar Kerajaan Marusu mengalami kesulitan menghadapi serangan dari Kerajaan Gowa.
Demi menyelamatkan kerajaannya, Karaeng Loe Ri bersedia menandatangani traktat persahabatan dengan Kerajaan Gowa, sehingga mereka resmi bersekutu.
Kendati demikian, Kerajaan Marusu memutuskan menyerang Kerajaan Gowa.
Saat itu, Kerajaan Marusu sedang dipimpin oleh Raja Marusu IV, yaitu I Mappasomba Dg Nguraga Karaeng Patanna Langkana Tumenanga Ribuluduayya.
Adapun hal yang menyebabkan Raja Marusu IV berbalik menyerang Kerajaan Gowa karena iparnya, yaitu I Mangngayoang Berang Kareang Pasi (Raja Tallo III), suami dari adik Raja Marusu IV bernama I Pasilemba To Mammalianga Ri Tallo berperang melawan Gowa.
Oleh sebab itu, atas dasar kekeluargaan, Raja Marusu IV memutuskan ikut menyerang Kerajaan Gowa.
Pertempuran berlangsung selama beberapa saat, sebelum mereka mengakhirinya dengan cara damai.
Perdamaian mereka diwujudkan dengan lahirnya sumpah yang berbunyi, “Iya iyanamo ampasiewai Gowa na Tallo iyamo ricalla Dewata”, yang berarti “Barang siapa yang memperselisihkan Gowa dan Tallo akan dikutuk oleh Yang Maha Pencipta”.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Veronica S |
Editor | : | Veronica S |
Komentar