"Ketika tak ada kontrol diri, atau seseorang memiliki kepribadian yang rapuh, maka ia bisa lepas kendali, menjadi rakus, bahasa Jawanya ngggragas, karena seks seperti rasa lapar juga haus," ujar Christin.
Seperti misalnya, seorang ayah punya dorongan seksual, tapi karena beberapa faktor si istri tak bisa memenuhi kebutuhan tersebut, maka si ayah ini bisa lepas kendali jika tak punya kontrol diri yang benar.
Kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, juga disumbang oleh minimnya seks edukasi yang dimiliki anak.
"Seks edukasi sangat penting. Jadi anak harus tahu, bahwa meski itu orang terdekat sekalipun (ayah atau kakak kandung), jika mereka menyentuh bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam, maka hal itu tidak diperbolehkan," papar Christin.
Jangan berhenti menjadi kekasih suami
Untuk mencegah terjadinya hal-hal negatif, sebaiknya pasutri harus terus menjaga kemesraannya dari waktu ke waktu.
"Yang sering dilupakan seorang wanita adalah, mereka berhenti menjadi kekasih atau pacar setelah menikah dan punya anak. Mereka hanya total menjadi ibu. Jadi suami pun merasa tak lagi mendapat kemesraan yang dulu mereka dapatkan," ujar Christin.
Jadi mau berapapun jumlah anak, atau berapapun lama tahun pernikahan, seorang istri hendaknya selalu menjaga kemesraan dan keharmonisan.
Menurut Christin, istri haruslah menjadi seorang "gadis" yang dulu dikejar dan didambakan oleh sang suami.
Keharmonisan rumah tangga telah terbukti bisa mencegah hal-hal buruk seperti perselingkuhan atau pemerkosaan.
GridPop.ID (*)
Baca Juga: BEJAT! Bos Coto Ketagihan Film Panas, Berujung Hamili Karyawati Disabilitas Usai Perkosa 12 Kali
Source | : | Kompas.com,tribunnewsbogor |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar