GridPop.ID - TikTok menjadi salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh generasi muda.
TikTok sering menjadi tempat untuk menciptakan dan mengikuti tren serta tantangan.
Pengguna dapat terlibat dalam tantangan berbasis musik atau konsep tertentu yang sedang populer.
Bahkan, banyak istilah-istilah baru yang muncul setelah fyp di TikTok.
Salah satu istilah yang sedang viral di TikTok adalah kata 'ndasmu'.
Lalu apa arti dari kata viral Ndasmu ini? Simak penjelasannya.
Bagi orang Jawa, kata 'ndasmu' bisa bermakna kasar.
Lantas benarkah arti kata ndasmu ini kasar dalam Bahasa Jawa?
Simak penjelasan Ahli filologi bahasa Jawa dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Supardjo di bawah ini.
Supardjo menjelaskan, kata ndas memiliki arti kepala dalam bahasa Jawa.
"Iya, kata ndas artinya kepala," ujarnya kepada Kompas.com, Senin (18/12/2023).
Supardjo menjelaskan, bahasa Jawa memiliki kata-kata yang digunakan sesuai dengan tingkatan sopan santun saat seseorang berbicara dengan orang lain.
Sedangkan "ndas" merupakan kata dalam bahasa Jawa ngoko yang memiliki tingkatan paling rendah.
Sementara kepala di tingkat kedua biasa disebut "sirah" dalam bahasa Jawa krama, sedangkan di tingkat teratas atau bahasa Jawa krama inggil kepala bisa disebut dengan "mustaka".
Penggunaan "ndas" dalam Jawa ngoko
Supardjo mengatakan, kata-kata dalam bahasa Jawa ngoko, seperti "ndas" umumnya digunakan untuk menyebut hewan, anak-anak, atau orang yang berusia lebih muda.
Sedangkan kata-kata bahasa Jawa krama dan krama inggil dipakai kepada orang yang lebih tua.
"Diksi di dalam penggunaannya sesuai dengan unggah-ungguh (sikap sopan santun). Penggunaannya yang akan membedakan nanti," tegasnya.
Berkaitan dengan "ndasmu etik", Supardjo mengartikan kata tersebut bisa digunakan untuk candaan atau ejekan terhadap etik atau etika.
Kata ndas bermakna kasar
Terkait penggunaan kata "ndas", Supardjo mengakui kata tersebut sering dianggap memiliki makna kasar dan digunakan untuk mengatai seseorang.
Menurutnya, orang Jawa memiliki kebiasaan menggunakan nama anggota tubuh bagian leher ke atas dalam bahasa Jawa ngoko untuk menunjukkan hal yang tidak baik.
Sebaliknya, anggota tubuh seperti tangan dan kaki jarang digunakan untuk mengatai orang lain.
"Itu bila disampaikan (dalam) bahasa ngoko nada tinggi berkonotasi tidak enak, tidak baik, kasar," ujar dia.
Dia menyoroti kata tersebut hanya berarti negatif ketika disampaikan dengan nada dan intonasi yang tinggi, ekspresi kasar, ataupun dalam konteks negatif.
Kata tersebut juga bermakna negatif ketika disampaikan untuk menangkal kritikan, dikatakan langsung ke orang yang memberikan kritikan, dan disampaikan dengan nada kasar.
"Kalau langsung pada yang mengkritik atau mengolok, menunjuk nama, itu jelas berkonotasi kasar," lanjut Supardjo.
Namun kata tersebut bisa bermakna positif jika diucapkan di antara teman sebaya, sesuai konteks untuk candaan, dan dengan intonasi yang baik.
"Bisa juga bermakna akrab, (diucapkan di antara) teman lama, situasi tidak ada saling serang, bercanda," lanjutnya.
Di sisi lain, Supardjo mengungkapkan kata-kata dalam bahasa Jawa memang bisa memiliki makna yang berbeda jika diucapkan dalam konteks tertentu meski memiliki tulisan dan diucapkan dengan cara yang sama. GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,ChatGPT |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar