GridPop.ID - Sebagai orang tua penting sekali memberikan metode parenting yang baik untuk anak.
Baru-baru ini, istilah eggshell parenting menjadi viral di TikTok.
Istilah ini sering sekali seliweran di TikTok sehingga penting sekali untuk mengetahui artinya apalagi jika sudah berstatus sebagai orang tua.
Eggshell parenting merujuk pada pola asuh orangtua kepada anak.
Eggshell parenting sendiri merupakan gaya parenting yang didasari ketidakpastian.
Sikap ini juga mampu memicu perilaku anak yang merasa harus terus memenuhi perintah orang tua.
Di kala anak tidak memenuhi keinginan orang tuanya, dampaknya mampu memberi rasa bersalah pada si anak.
“Anak merasa bertanggung jawab atas pengasuhan orang tuanya dan merasa bersalah ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan orang tuanya,” kata Dr. Zishan Khan dikutip oleh tribuntrends.com dari parents.com.
Perilaku ini biasanya menunjukkan pula ketidakberdayaan orang tua dalam mengasuh anak sehingga muncul perilaku yang tidak stabil.
Dampak perilaku ini ternyata bisa memberikan masalah serius pada perkembangan anak.
Ketidakstabilan ini bisa saja muncul karena orang tua yang memiliki trauma pada masa lalunya.
Baca Juga: Dinilai Mirip Dinda Hauw, Ini Sosok Gadis Cantik yang Ditatap Mayor Teddy, Sudah Punya Gandengan
Dampak pola eggshell parenting ini yaitu seperti suasana hati yang tidak stabil, kecemasan, bahkan sampai depresi.
Rasa ketidakstabilan itu juga mampu membuat anak cenderung menyalahkan dirinya sendiri atas perasaan mereka yang tidak menentu.
Pola asuh ini juga tidak membuat anak menyadari bahwa ketidakstabilan itu berasal pula dari pola asuh orang tuanya.
Jika hal ini terjadi, tentu harus diatasi, orang tua dapat memulainya dengan kesadaran bahwa pola asuh demikian tidaklah baik dan sehat.
Mempertimbangkan untuk segera menyelesaikan konflik yang menjadi penyebab utama pada diri orang tua pun juga menjadi solusi.
Jika dirasa sulit, segera hubungi dan cari bantuan dari tenaga ahli.
Tak hanya mengobati rasa trauma pada diri orang tua saja, tetapi orang tua juga harus mampu memperhatikan dampak yang telah diberikan kepada si anak.
Bagaimanapun anak menyerap sikap orang tua, maka dari itu penting untuk adanya kesadaran untuk memperbaiki pola asuh demi pertumbuhan si kecil.
Pentingnya Penerapan Positive Parenting, Bantu Orangtua Didik Anak Jadi Lebih Baik
SIGAP Program Manager dari Tanoto Foundation Irwan Gunawan mengatakan, banyak dari masyarakat indonesia yang tidak dibekali dengan pendidikan mengasuh, mendampingi, dan membesarkan anak yang baik.
“Kita tidak disiapkan menjadi orangtua yang ‘ideal’, tapi hanya mencontoh berdasarkan pengalaman yang kita alami. Namun, tuntutan zaman lebih dari itu,” ujarnya saat wawancara bersama Kompas.com, Kamis (15/1/2022).
Baca Juga: Pria Kebingungan Lipat Surat Suara Usai Salurkan Hak Pilih, Berujung Pasrah hingga Lakukan Ini
Irwan menyebutkan, minimnya upaya peningkatan kemampuan pengasuhan bisa berdampak panjang, salah satunya adalah tidak adanya perubahan generasi yang lebih baik.
Dia mencontohkan, dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, salah satu yang dibutuhkan adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berkualitas, dan memiliki karakter.
“Kalau orangtua tidak membekali anak-anaknya dengan pola pengasuhan yang baik, mungkin mereka tidak akan siap menghadapi atau bersaing dengan tuntutan zaman ke depan,” jelasnya.
Oleh karenanya, Irwan mengatakan, orangtua perlu meningkatkan kapasitas diri dalam pengasuhan, salah satunya dengan menerapkan pola pengasuhan positif atau positive parenting.
Dia mengatakan, positive parenting merupakan pola pengasuhan yang cukup efektif dalam menghindari kekerasan dalam rumah tangga, baik untuk orangtua maupun anak.
Pola pengasuhan tersebut mengajak para orangtua untuk mendisiplinkan anaknya melalui penerapan metode bertanya.
Fasilitator Rumah Anak SIGAP Pasirjaksa, Pandeglang, Ade menambahkan, positive parenting dilakukan dengan mengajak orangtua menjadi role model bagi anak.
“Kemudian, orangtua memberikan reward kepada anak-anak ketika melakukan sesuatu yang baik dengan memuji, memeluk, mencium, atau sebagainya,” katanya kepada Kompas.com, Jumat (16/12/2022).
Positive parenting dapat membantu anak mencapai perkembangannya secara optimal, seperti bahasa, kognitif, fisik, sosial, emosional, hingga moral.
Pola pengasuhan ini ditujukan kepada anak usia nol sampai tiga tahun karena lebih dari itu stimulasi sudah tidak bisa dilakukan.
Ade menjelaskan, contoh positive parenting yang bisa dilakukan orangtua di rumah, yakni mengajak anak terlibat ketika memasak dengan membantu mengambilkan piring atau sesuai dengan kemampuan anak.
Baca Juga: Sempat Disinggung Jusuf Kalla, Ini Arti Kata Silent Majority yang Lagi Viral di TikTok
Ketika anak melakukan kesalahan, kata dia, orangtua tidak boleh menggunakan kata “jangan” atau “tidak” serta lebih proaktif dengan menjelaskan kesalahannya.
“Misalnya anak berlari-lari, orangtua tidak seharusnya mengatakan, ‘Jangan lari’, tetapi lebih menjelaskan, ‘Adik, hati-hati kalau berlari’,” terangnya. GridPop.ID (*)
Source | : | Kompas.com,tribuntrends |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar