GridPop.ID - Pemilu 2024 sudah dilaksanakan serentak pada 14 Februari 2024 lalu.
Dalam proses pemilihan tersebut, masyarakat akan diberikan hak suara untuk memilih calon presiden/wakil presiden, DPD, DPR dan anggota DPRD tingkat provinsi serta kabupaten/kota.
Baru-baru ini, video caleg stres gagal jadi anggota dewan di Pemilu 2024 di TikTok viral.
Melansir dari laman tribunmedan.com, dibagikan akun TikTok @baby.bisma, tampak caleg tersebut mengenakan setelan jas berhalusinasi menjadi seorang anggota dewan.
Ia sudah memakai jas dan peci hitam.
Dalam narasi yang ditampilkan, pria berjas tersebut mengalami halusinasi karena tidak lolos menjadi anggota dewan.
Karenanya, ia pun percaya diri mengenakan setelan rapi setiap hari sembari keliling kampung.
Sang pria yang identitasnya tak diketahui itu pun semringah seraya mengucap syukur.
Merasa telah memenangkan Pileg 2024, pria tersebut yakin dirinya bakal segera dilantik.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, ibu alhamdulillah," kata sang caleg diduga stres, dilansir TribunnewsBogor.com, Minggu (25/2/2024).
"Dari mana saja bapak tiap hari pakai baju dinas seperti itu pak? Ini kan istri kasihan pak," ujar warga yang merekam.
Ogah disebut gagal, sang caleg mengaku akan segera dilantik di kantor dewan.
Melihat anaknya tampak seperti orang stres, sang ibu pun menangis.
Pun dengan istri sang caleg yang begitu pilu terus menenangkannya.
"Saya tadi dari keliling kota. Bahkan saya mau masuk ke kantor," kata sang caleg.
"Astaghfirullahaladzim pak," imbuh istrinya.
"Bahkan kini saya sudah dewan, akan dilantik, di kantor ini," pungkas sang caleg lagi.
"Ini bukan kantor pak," timpal warga.
"Ini bukan kantor, istighfar, ini rumah ini," ucap istrinya.
Langsung tersadar sesaat, sang caleg pun ikut menangis.
Baca Juga: Viral di TikTok, Arti Kata 'Beige Flag' Ternyata Merujuk pada Sifat Aneh Pasangan
Ia lantas meminta maaf ke istri dan ibunya atas halusinasi yang ia buat.
Ibunda dari si caleg pun terus menangis dan mengaku sempat tak merestui sang putra mengikuti kontes Pemilu 2024.
"Oh ibu, oh adek (istri). Maafkan aku seperti ini aku jadinya ya Allah," kata sang caleg.
"Udah saya bilangin enggak usah nyaleg," ujar sang ibu.
"Astaghfirullah," pungkas istri.
Setelah beberapa menit disadarkan, sang caleg pun akhirnya tahu fakta sebenarnya bahwa ia gagal maju ke Senayan.
"Bapak harus sudah siap menerima kekalahan ini," ujar warga.
"Nanti (harta) bisa dicari lagi," pungkas sang istri seraya menenangkan.
"Yang penting sehat," kata sang ibu.
Melihat potret memilukan sang caleg, pengunggah pun meminta doa kepada khalayak.
"KASIAN CALEG Defresi & Frustasi, BERHALUSINASI - Do'ain Bapak ini kembali Pulih ya teman2," tulis akun baby.bisma.
Psikolog Jambi Sebut Ini Faktor Penyebab Caleg Stress Akibat Gagal Pemilu
Melansir dari laman tribunjambi.com, Dosen Psikologi Universitas Jambi Fadzlul, M. Psi, mengatakan calon legislatif (Caleg) rentan terkena gangguan mental jika kalah dan gagal nyaleg.
Sebab, para caleg menaruh harapan besar untuk menang dalam kontestasi lima tahunan itu. Jika tidak siap kalah maka sangat rentan terkena gangguan mental.
“Saya rasa bukan caleg saja semua orang pasti akan berpotensi terhadap stress ya, terutama ketika tadi di mana antara harapan dan kenyataan itu terlalu jauh.”
“Nah, biasanya kalau di caleg terjadi stress yaitu harapannya kan tentu dia ingin menang, sehingga dia habis-habisan untuk memperoleh kemenangan itu untuk terpilih dan bisa menjadi anggota dewan, tetapi kenyataannya kalah. Hal tersebutlah yang membuat akhirnya dia merasa stress, kecewa secara emosional, merasa dikhianati dan lain sebagainya,” katanya, Rabu (10/1/2024).
Menurutnya, seandainya caleg itu sudah benar habis-habisan dan sudah yakin bakal menang, ternyata kalah. Itu peluangnya pasti akan lebih besar terhadap stress.
Dikatakannya, faktor yang mempengaruhi stres tersebut. Ada beberapa hal yang pertama adalah orang akan dianggap jauh dari stres kalau dia pertama memiliki harapan untuk kemajuan diri.
Jadi, kalaupun kalah mungkin dia bisa menerima keadaan tersebut dan dia merasa itu sebagai batu loncatan untuk capaian yang lebih besar lagi yang mungkin dia akan terhindar dari stress.
Terus kedua, adalah daya tahan fisik. Daya tahan fisik juga berpengaruh.
Kalau ada yang mudah sakit secara fisik, pasti akan mudah untuk terserang stress, nanti ada hormon-hormon tertentu yang memang akan berpengaruh secara fisik terhadap stress tersebut.
Ketiga adalah rasa humor. Kalau seandainya Caleg itu memiliki rasa humor yang kecil maka dia akan mudah untuk terserang stres.
Keempat adalah keseriusan di dalam mencapai tujuan versus ketidakseriusan, ini juga akan mempengaruhi stres.
“Terus kemampuan memprediksi dan dukungan sosial, jadi kalau kita mampu memprediksi bagaimana kita kedepannya dengan baik dan kita memiliki dukungan sosial yang baik di lingkungan, maka Insya Allah kita mungkin akan terhindar dari stress apapun masalahnya,” ujarnya.
Ia menekankan, sebenarnya yang berpeluang stress bukan hanya Caleg yang gagal tetapi juga semua orang pun akan peluang stress, ketika menghadapi masalah-masalah terutama hal-hal yang jauh dari kenyataan dan harapannya.
“Agar bisa terhindar dari hal tersebut maka Caleg harus punya tim yang baik, lingkungan yang positif, yang supportiv sehingga apapun hasilnya dia bisa menerima kenyataan tersebut dan dia merasa tetap didukung oleh lingkungannya,” katanya.
Namun, jika hal itu sudah terjadi, ia mengatakan harus dikonsultasikan kepada psikolog klinis.
“Saya rasa kalau gejala-gejalanya masih ringan, masih ya masih bisa diajak berkomunikasi ya mungkin perlu didatangi ke psikolog klinis ya, sehingga dia nanti akan mendapatkan terapi seperti apa yang bisa dilakukan sehingga dia bisa mengurangi atau menghilangkan stres yang ada pada dirinya,” katanya lagi.
Tetapi, jika seandainya gejalanya itu sudah berat dan sudah harus perawatan inap, mau tidak mau harus perawatan secara intensif dengan psikiater.
“Harus diminum obat untuk meredakan tegangannya dan lain sebagainya, jadi tergantung nanti gejalanya, kalau hanya ringan hingga sedang saya pikir cukup sampai psikolog klinis ya.”
“Tapi, kalau sudah gejala berat. Saya rasa tidak cukup dengan psikolog klinis memang harus menemui psikiater karena memang harus butuh pengobatan karena psikolog tidak memberikan obat, yang berhak memberikan obat itu adalah psikiater,” pungkasnya. GridPop.ID (*)
Source | : | Tribunmedan,TikTok,TribunJambi |
Penulis | : | Luvy Octaviani |
Editor | : | Luvy Octaviani |
Komentar