Find Us On Social Media :

Dianggap Gunung Suci Masyarakat Bali, Ilmuwan NASA Sebut Letusan Dahsyat Gunung Agung Bisa Bawa Manfaat Mengejutkan untuk Hidup Manusia di Bumi, Kok Bisa?

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Sabtu, 25 Mei 2019 | 15:15 WIB

Gunung Agung kembali meletus.

GridPop.ID - Gunung Agung yang terletak di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali erupsi pada Jumat (24/5/2019) pukul 19.23 WITA.

Selain Gunung Agung dianggap suci bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya, rupanya letusan gunung tersebut dilaporkan bisa menyelamatkan umat manusia.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis menyebutkan, berdasarkan catatan Pos pengamatan Gunung Agung di Rendang milik PVMBG, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 30 mm dan durasi sekitar 4 menit 30 detik.

Baca Juga: Misteri dan Mitos Gunung Agung Bali, Dari Kera Putih Hingga Larangan Membawa Daging Sapi

"Erupsi disertai suara gemuruh sedang hingga kuat yang terdengar di pos pengamatan. Erupsi juga disertai lontaran batu/lava pijar sejauh 2,5 kilometer hingga 3 kilometer ke segala arah. Tinggi kolom erupsi tidak teramati. Sebaran abu vulkanik dan pasir mengarah ke selatan," kata Sutopo, Sabtu.

Disebutkan, status Gunung Agung tetap Siaga (level III) dengan rekomendasi masyarakat/pendaki dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius 4 km dari puncak.

Jarak antara puncak Gunung Agung dengan Bandara Internasional IGK Ngurah Rai jauh, yaitu sekitar 70 kilometer, sehingga bandara aman.

Baca Juga: Tak Diperhatikan Sang Suami, Istri Ketua KPU di Cianjur Bikin Skenario Penyekapan Dirinya Sendiri di Rumah

Menurut Sutopo, erupsi pada malam ini bukan yang pertama kali, tetapi sudah beberapa kali terjadi.

Tiga erupsi Gunung Agung terakhir tercatat pada 12 Mei, 18 Mei dan 24 Mei atau hampir setiap 6 hari sekali dengan karakter yang hampir sama.

PVMBG terus memantau dengan intensif perkembangan aktivitas vulkanik.

Baca Juga: Sebar Hoaks Brimob Dari China, Pelaku Minta Maaf, Ternyata Ini Motifnya

"Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan ikuti semua rekomendasi PVMBG. Belum perlu ada pengungsian karena permukiman masih berada di zona aman," katanya.

Kendati erupsi Gunung Agung bisa menjadi berbahaya bagi masyarakat di sekitarnya, namun siapa sangka, para ilmuwan justru berharap banyak pada Gunung Agung.

Dikutip dari Express via GridHot.ID, ilmuwan mengatakan erupsi Gunung Agung dapat memperlambat perubahan iklim global hingga lima tahun.

Baca Juga: Ambulans Berlogo Partai Gerindra yang Dikemudikannya Berisi Batu Tanpa Alat Medis di Lokasi Kerusuhan, Begini Pengakuan Sang Sopir

Pasalnya, menurut ilmuwan NASA, gunung Agung di Bali bisa mempengaruhi seluruh dunia.

Bahkan Gunung Agung bisa mungkin mendinginkan planet ini hingga lima tahun ke depan.

Muntahan abu vulkanik dan partikel lain dari Gunung Agung bisa jadi kebalikan dari pemanasan global, karena suhu planet ini mendingin bukannya meningkat sesuai proyeksi.

Para ilmuwan telah lama mengetahui letusan gunung berapi seperti Gunung Agung dapat mengubah iklim planet ini selama berbulan-bulan.

Baca Juga: Cerita Unik Penjual Kopi Keliling saat Kerusuhan 22 Mei, Raup Keuntungan Uang Melimpah 3 Kali Lipat Namun juga Merasa Kecewa, Kenapa?

Hal ini terjadi karena jutaan gas dan partikel menyebar melalui atmosfer.

Tetapi seberapa banyak perubahan iklim yang dihasilkan tergantung pada material apa yang dimuntahkan oleh gunung berapi.

Di mana dalam komposisi tertentu, material erupsi gunung berapi seperti Gunung Agung dapat menyebabkan kondisi ideal untuk memicu perubahan drastis ke suhu bumi.

Baca Juga: Aldi Tak Lulus Gara-gara Protes, KPAI Semprot Kelakuan Kepala Sekolah yang Cari-cari Kesalahan, Ini Hasilnya

Ilmuwan iklim NASA Chris Colose mengatakan, "Untuk memiliki dampak iklim yang signifikan, perlu ada letusan yang cukup eksplosif (untuk mendapatkan bahan di stratosfer) dan letusan kaya sulfur (SO2 atau sulfur dikonversi menjadi sulfat aerosol, yang merupakan hal yang penting secara radiologis).

"Jika kondisi ini dipenuhi, letusan yang bisa mendinginkan permukaan/ troposfer dan menghangatkan strafoster, kebalikan dari kedua pola yang terkait dengan peningkatan CO2.

Namun keduanya berumur pendek (hanya bertahan dalam hitungan tahun)."

Baca Juga: Bertemu Presiden Jokowi, Pedagang Kelontong yang Jadi Korban Penjarahan Kerusuhan 22 Mei Berurai Air Mata

Letusan Gunung Agung pada tahun 1963, dikenal biasa saja dalam hal volume abu vulkanik yang dimuntahkan.

Namun letusan Gunung Agung kala itu, disebut Chris Colose sebagai erupsi yang unik dalam hal muntahan sufur.

"Erupsi gunung berapi yang bisa merubah iklim adalah erupsi yang memuntahkan banyak SO2 (Sulfur) ke statosfer," kata Chris.

Baca Juga: Misteri Jeannette Siswi SMA yang Jasadnya Dikelilingi Benda Aneh dan Sisa Hewan Mati, Diduga Jadi Korban Praktek Perdukunan

"Partikel-partikel SO2 memiliki ukuran yang sebanding dengan panjang gelombang yang terlihat dan sangat tersebar ke sinar matahari yang masuk, mendinginkan planet ini. Jika rilis SO2 serupa terjadi, bisa mendinginkan planet selama 1-2 tahun, dan kemudian terjadi pemulihan," jelasnya.

Sehingga dengan kata lain, semakin banyak sulfur yang dimuntahkan, makan semakin besar kemungkinan perubahan iklim dunia.

Di balik bencana erupsi tersebut, Gunung Agung juga menyimpan kepercayaan bagi masyarakat Bali.

Baca Juga: Gelar Ritual Sucikan Jiwa dan Raga, Dukun Ini Meregang Nyawa Dalam Wajan Penuh Uap

Dikutip dari Tribun Bali, dalam kepercayaan masyarakat Hindu Bali, Gunung Agung adalah tempat bersemayamnya dewa-dewa dan juga terdapat istana dewata.

Oleh karena itu, masyarakat Bali menjadikan tempat ini sebagai tempat keramat yang disucikan.

Masyarakat juga percaya bahwa letusan Gunung Agung pada tahun 1963 merupakan peringatan dari Dewata. (*)