Find Us On Social Media :

Cerita Luhut Panjaitan Saat Melihat SBY Cium Kening dan Beri Bisikan Terakhir Pada Ani Yudhoyono Sebelum Disemayamkan: Separuh Jiwa Pak SBY Habis

By Bunga Mardiriana, Rabu, 5 Juni 2019 | 15:47 WIB

Luhut Panjaitan saat beri penghormatan terakhir untuk Ani Yudhoyono

GridPop.ID - Indonesia baru saja kehilangan salah satu tokoh wanita hebat yakni, Ani Yudhoyono.

Istri Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono tersebut meninggal dunia pada Sabtu (1/6/2019) setelah melawan penyakit kanker darah yang dideritanya.

Ani Yudhoyono sudah dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan pada Minggu (2/6/2019).

Baca Juga: Sambil Genggam Erat Tangan Sang Suami, Aliya Rajasa Temani Ibas Yudhoyono Lewati Lebaran Tanpa Ani Yudhoyono: Yang Sabar, Yang Kuat, Yang Tegar

Sebelum meninggal dunia, Ani Yudhoyono sempat menjalani perawatan selama 4 bulan di National University Hospital, Singapura.

Kondisi Ani Yudhyono juga sempat mengalami peningkatan pada pertengahan bulan Mei lalu.

Pada saat itu ia bahkan diperbolehkan untuk keluar sejenak dari kamar rumah sakit.

Baca Juga: Terungkap 3 Alasan Sarwo Edhie, Ayah Ani Yudhoyono yang Nikahkan Ketiga Anaknya Sekaligus dengan Para Prajurit TNI, Salah Satunya agar Irit Biaya

Namun, pada akhir bulan Mei kondisinya kembali memburuk dan sempat mengalami sesak nafas hingga akhirnya meninggal dunia.

Saat jenazah Ani Yudhoyono masih berada di ruang ICU, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan sempat berada di lokasi.

Ia bahkan menyaksikan SBY saat memberikan ciuman terakhir di kening istrinya.

Baca Juga: Terlalu Berat Melepas Kepergian Ani Yudhoyono, AHY Ungkapkan Pesan Menyayat Hati: Dengan Tetesan Air Mata Aku Harus Ikhlas Melepasmu

Hal tersebut diceritakan Luhut Binsar Pandjaitan di laman Facebook miliknya, Senin (2/6/2019).

Di postingannya itu, ia mengunggah beberapa foto termasuk saat berada di ruang ICU sesaat setelah Ani Yudhoyono menghembuskan napas terakhirnya.

Tampak Luhut Binsar Pandjaitan memeluk SBY untuk menguatkan.

Baca Juga: Inilah Penampilan Ani Yudhoyono Dalam Balutan Busana Bernuansa Hitam di Hari Ulang Tahun Terakhirnya Bersama Annisa Pohan

Kemudian tampak Luhut Binsar Pandjaitan juga memberikan pernghormatan terakhir pada Ani Yudhoyono.

"Di ruang ICU itu kemarin, beberapa saat setelah jasad Bu Ani dibersihkan, saya berada di samping Pak SBY yang mencium kening istrinya lalu membisikkan sesuatu seolah-olah belahan jiwanya itu masih bernyawa. Di titik itu saya melihat habisnya separuh jiwa Pak SBY. Saya kehabisan kata-kata. Saya hanya bisa memeluk Beliau, lalu memberikan penghormatan terakhir saya pada almarhumah Ibu Negara dari Presiden ke-6 RI tersebut," tulis Luhut seperti dikutip GridPop.ID dari Tribun Bogor, (5/6).

Ia kemudian menulis, rasa kehilangan yang dialami SBY pasti akan dialami oleh semua orang.

"Momen kehilangan seperti ini pasti akan dialami setiap manusia. Sehebat apapun pencapaian kita, air mata tetap tak ayal dibendung ketika saat itu tiba. Seperti bagaimana saya menyaksikan seorang mantan Presiden yang menangis selayaknya seorang manusia biasa yang terdiri dari darah, daging, tulang dan emosi juga," tulisnya.

Baca Juga: Setelah Ani Yudhoyono Dimakamkan, Ada Sosok Wanita Misterius yang Menangis Hingga Menempelkan Wajahnya di Makam, Siapa?

Ia pun merenung saat melihat begitu sederhananya peti mati Ani Yudhoyono.

"Masih di National Universty Hospital, 10 sampai 15 menit setelah momen itu, keranda jenazah didatangkan. Melihat begitu sederhananya peti mati yang disiapkan, membuat saya merenung, bahwa inilah yang akan kita semua pakai nantinya. Tidak peduli apakah kita Presiden, Ibu Negara, Wakil Presiden, ataupun hanya manusia biasa, semua sama saja. Ketika sudah selesai waktu kita di dunia ini, kita akan diperlakukan sama. Tinggal masalah kapan, di mana, dan bagaimana kita berpulang," katanya.

Ia pun kemudian meminta kepada semua yang masih hidup untuk melakukan refleksi.

"Ya itulah hidup. Sekarang untuk kita yang masih diberikan hidup, mari kita bawa peristiwa ini menjadi sebuah bahan refleksi diri bagaimana membuat hidup ini bermakna. Bagi saya, pada akhirnya hidup adalah tentang bagaimana kita bisa berbagi dengan orang lain, berbuat baik kepada orang lain. Hidup begitu singkat, untuk apa kita berbuat curang atau culas. Buat apa juga kita senang membuat permusuhan atau membuat orang lain menjadi susah. Termasuk dalam hidup bernegara, untuk apa juga kita membuat perkara atau keributan terus menerus," tulisnya.

Ia kemudian mengajak untuk sama-sama mendoakan SBY agar tabah dan selalu sabar.

"Selain itu saya juga melihat keteladanan SBY sebagai seorang suami yang mau terus mendampingi istrinya sampai akhir, mengesampingkan kesibukannya selama 4 bulan terakhir ini. Terakhir, saya mengajak kita semua untuk mendoakan Pak SBY dan keluarga, supaya diberi kekuatan. Manusia hanya bisa berencana, tapi kehendak Tuhan yang jadi," tutupnya. (*)