"Saat saya mendengar vonis itu di Januari, saya sangat terkejut," terangnya.
Tetapi setelah mengatasi keterkejutannya, Sutopo mengatakan dia mulai menerima nasibnya.
"Sama seperti warga yang terdampak gempa maupun tsunami," terangnya.
Sutopo juga bercerita ketika terjadi gempa berkekuatan 7 SR di Lombok dan menewaskan 550 orang, ia tetap menerima telefon dari wartawan sembari menjalani perawatan.
Meski kanker yang dideritanya sudah menyebar hingga ke tulang, ia tetap bersikeras untuk hadir dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di seluruh negeri.
"Saat terjadi bencana dan saya harus melakukan konferensi pers, adrenalin saya terpacu dan saya bahkan lupa kalau sedang sakit," ujar Sutopo.
Rasa sakit itu kemudian kembali dirasakannya ketika kembali ke rumah.
"Sesampainya di rumah, saya kembali merasakan sakitnya," ujar Sutopo.
(*)