"Pas pintu terbuka, mereka yang masuk. Kita serba salah, mau kita usir kita enggak tega juga. Ada sekitar 30-40 orang," kata Ari.
Menurut Ari, sejumlah drone sengaja diterbangkan untuk memantau keberadaan para mahasiswa. Begitu drone menangkap keberadaan mahasiswa, gas air mata akan ditembakkan ke lokasi itu.
Dengan situasi itu, mau tidak mau, permukiman warga terkena imbas gas air mata.
"Ada drone, massanya di sini. Dilemparlah (gas air mata), gitu. Jadi di mana ada mahasiswa, ada drone, baru dilempar," tambah Ari.
Selain Ari, warga lainnya Ani (55), juga menampung para mahasiswa di rumahnya.
Sebagian mahasiswa yang dibawa ke rumahnya bahkan dalam kondisi pingsan.
"Pada pingsan, lemas semua. Mereka pada masuk ke sini, banyak. Pada minta minum, minta air karena pedih sekali, kan," kata Ani.
Ani mengaku tidak keberatan menampung para mahasiswa. Ia justru senang bisa ikut membantu perjuangan para mahasiswa dengan caranya sendiri.
"Enggak apa-apa, saya malah senang. Saya bisa bantunya ya cuma air. Cuma ya jangan sampai ada rusuh," ujar Ani.
Kronologi kericuhan
Polisi membeberkan kronologi kericuhan yang terjadi saat aksi unjuk rasa yang digelar di Gedung DPR Republik Indonesia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019).