Dibesarkan dari keluarga petani yang sangat sederhana. Sang ayah bernama Pawiro Miharjo dan Samiyem, ibunya.
Anak sulung dari lima bersaudara ini sudah berkeinginan masuk AKABRI. Padahal seluruh anggota keluarga Sutarman berprofesi sama dengan penduduk desa lain. Bertani.
Bahkan sampai saat ini sang ayah masih mengerjakan sawah sendiri dan beternak sapi.
Kesan mewah jauh terlihat dari kondisi bangunan tempat tinggal Sutarman.
Seperti umumnya rumah pedesaan, tapi gubug itu lapang dan luas. Berbeda dari para tetangga keluarga Sutarman adalah dilindungi pagar-pagar kokoh, namun ia tidak.
Sutarman kecil adalah anak yang pintar, disiplin, rajin dan pekerja keras.
Sejak SMP sudah membantu orang tuanya dengan berjualan bambu, bekerja di sawah sampai menggembala kerbau.
Saat kecil Tarman (biasa dia dipanggil) bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ganggang, Weru.
Selepas itu melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Cawas, Klaten dan dan masuk STM di Sukoharjo (sekarang Bina Patria I Sukoharjo) jurusan mesin.
Setelah lulus STM Tarman berniat untuk masuk Akabri, namun karena pada saat itu usianya belum cukup, Tarman dinyatakan tidak lulus.
Sosok Tarman yang ulet, rajin dan pekerja keras membuatnya tidak mau berpangku tangan saja.
Tarman sempat tidak mau lagi mendaftar ke Akabri, tapi bapaknya terus memecut Tarman agar tidak putus asa.