Find Us On Social Media :

Inilah 3 Alasan Penting Soeharto Jumpai Istri Soekarno Secara Sembunyi-sembunyi, Presiden Pertama Sempat Naik Pitam, Bu Tien Terbakar Cemburu

By Veronica Sri Wahyu Wardiningsih, Senin, 7 Oktober 2019 | 10:43 WIB

Terkuak Alasan Soeharto Temui Istri Soekarno Diam-diam, Sang Presiden Sempat Meradang, Tien Cemburu

GridPop.ID - Nama Soekarno dan Soeharto masih besar hingga sekarang.

Dua tokoh bangsa tersebut menyimpan sejarah yang bakal dikenang oleh seluruh anak di pelosok negeri.

Terlebih kenangan mengenai lengsernya Soekarno yang digantikan oleh Soeharto.

Baca Juga: 12 Bulan di Kandungan, Kelahiran Tien Soeharto Sempat Bikin Geger Warga hingga Ibunya Dibawa ke Kandang Kambing, Inilah yang Terjadi Setelahnya

Dikutip dari Tribun Jatim, kekuasaan Soekarno memasuki senjakala pada tahun 1965 dan beberapa peristiwa besar pun terjadi.

Satu di antaranya adalah peristiwa Gerakan 30 September.

Kala itu peristiwa 1965 benar-benar telah mempengaruhi kestabilan politik dan keamanan Indonesia.

Baca Juga: Detik-detik Terakhir Tien Soeharto Sebelum Meninggal, Titip Pesan pada Perempuan Ini tapi Berujung Kecewa: Andai Orang yang Dulu Diberi Pesan Ibu Tien Mendengarnya

Presiden Soekarno tak tinggal diam dan bertanggung jawab mengusut tuntas hal itu.

Melalui Supersemar, Soekarno selaku presiden RI memerintahkan Mayjen Soeharto selaku Pangkopkamtib agar mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan.

Soeharto lantas bergerak melaksanakan perintah pemulihan keamanan sesuai yang diinstruksikan padanya.

Semua orang yang dekat dengan Bung Karno diinterogasi perihal Gerakan 30 September (G30S).

Baca Juga: Mengaku-ngaku Anak Soeharto, Ibu Tien Curiga dan Periksa Seorang Gadis hingga Temukan Racun Tikus di Kopernya, Terbongkar Niat Asli sang Wanita Muda

Termasuk istri Soekarno yang berasal dari Jepang, Ratna Sari Dewi Soekarno.

Namun tak mudah bertemu dengan Dewi Soekarno sehingga Soeharto harus berhati-hati dalam bertindak.

Maka diperintahkannya Brigjen TNI Yoga Sugomo selaku asisten I (Intelijen) Kostrad bersama dengan Martono untuk merancang sebuah pertemuan rahasia dengan Dewi Soekarno.

Soeharto dan Ratna Sari Dewi direncanakan bertemu pada 20 Maret 1966 di lapangan golf Rawamangun, Jakarta Timur.

"Tidak mudah mengatur pertemuan itu karena Dewi adalah istri presiden. Oleh karena itu, diusulkan agar pertemuan dilakukan secara tidak resmi.

Baca Juga: Jenderal Polisi Bongkar Penyebab Kematian Ibu Tien Soeharto yang Selama Ini Jadi Tanda Tanya, Ini Fakta Sebenarnya

Rencananya, Soeharto akan bertemu dengan Dewi di lapangan golf," kata Yoga yang dikutip dari buku biografinya, Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar.

Tujuan pertemuan itu untuk mengorek informasi, kebijakan, serta kegiatan Soekarno sebelum detik-detik G30S terjadi.

Dewi awalnya tak tahu pertemuannya dengan Soeharto amatlah penting.

Namun akhirnya Dewi menyadari bahwa kepemimpinan Soekarno sudah habis dan kalah.

Baca Juga: Bergaya Jadi Anggota Dewan Usai Singkirkan Rekan Separtai hingga Kantongi Ratusan Juta Rupiah per Bulan, Mulan Jameela Mendadak Terima Pesan Mengejutkan Dari Titiek Soeharto, Ada Apa?

Dalam pertemuan itu, Soeharto memberi tiga pilihan kepada Dewi untuk dipilih oleh Soekarno.

Pertama, segera pergi keluar negeri untuk istirahat tanpa ada lagi urusan politik di Indonesia.

Kedua, tetap di Indonesia tapi sebagai presiden yang tak lagi punya wewenang alias cuma sebutan saja.

Ketiga, Soekarno mengundurkan diri secara total sebagai presiden.

Baca Juga: Terlihat Gagah, Cucu Soeharto Kendarai Motor Gede Legendaris Milik Mendiang sang Kakek, Plat Motor Bongkar Beberapa Fakta Mengejutkan!

"Belakangan Dewi memberi kesaksian kepada saya bahwa begitu mendengar tiga opsi saran Soeharto itu, dia baru menyadari bahwa dia dan suaminya telah kalah dalam permainan," kata Aiko Kurasawa seorang sejarawan asal Jepang.

Di samping itu, ternyata Ibu Tien mengetahui bahwa Soeharto melakukan pertemuan secara diam-diam dengan Dewi Soekarno, ia pun dibakar api cemburu.

Akhirnya Ibu Tien mendiamkan Soeharto beberapa hari lantaran tindakan suaminya itu.

"Aduh, buat apa sih dipertemukan segala. Itu Bu Harto jadi marah," kata Probosutedjo, adik Soeharto, dalam bukunya berjudul Probosutedjo : Saya dan Mas Harto.

Tak hanya Bu Tien, ternyata Soekarno juga mengetahui pertemuan tersebut dan marah karena mengira Soeharto hendak menculik Ratna Sari Dewi.

Baca Juga: Kakaknya Pernah Bikin Kontroversi Mengaku Punya Anak Biologis dari Tommy Soeharto, Ini 5 Fakta Menarik Lainnya Terkait Artis Senior Donna Harun

"Tidak jelas mengapa rencana yang sudah diatur sangat rahasia itu bocor. Tentu saja, info tersebut sampai kepada presiden dengan penafsiran yang sudah keliru," kata Yoga Sugomo.

Turunnya Presiden Soekarno merupakan awal dari melesatnya karir Soeharto.

Namun, untuk meraih pangkat hingga Jenderal Besar lima, Soeharto harus melalui perjuangan keras.

Dilansir dari Nakita, karir militer Soeharto berawal saat menjadi prajurit KNIL (1942) atau tentara kerajaan Hindia Belanda.

Baca Juga: Rumah Tangganya Berantakan Hingga Ditipu Sampai Triliunan, Begini Nasib Cucu Soeharto yang Bikin Melongo

Saat Jepang menduduki Indonesia dan Belanda menyatakan menyerah, Soeharto bergabung dalam prajurit PETA (Pembela Tanah Air).

Begitu Jepang kehilangan kekuasaan dan Indonesia memasuki masa transisi revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan, Soeharto yang sudah memiliki keterampilan bertempur langsung bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Sebagai anggota TKR yang kemudian menjabat Batalyon X, Soeharto terlibat dalam berbagai pertempuran sengit melawan pasukan Sekutu dan Belanda.

Pasukan Sekutu yang datang ke Indonesia pasca proklamasi 1945 itu bertugas melucuti tentara Jepang sekaligus mengambil alih kekuasaan RI ke tangan kolonial Belanda.

Baca Juga: Cerai dari Cucu Soeharto Hingga Kabar Dilamar Cucu Raja Kapal, Begini Kondisi Terkini Lulu Tobing yang Bikin Melongo

Soeharto saat itu berpangkat Letkol, pernah terlibat dalam beberapa pertempuran besar di kawasan Banyubiru, Ambarawa (Palagan Ambarawa), dan serbuan dadakan ke kota Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 atau Enam Jam Di Yogya.

Pasca kemerdekaan, Soeharto tetap memiliki peran yang penting dalam lingkup militer (TNI).

Soeharto kemudian mengemban amanah sebagai Paglima Mandala untuk membebaskan Irian Barat dan sekaligus penumpasan Gerakan 30 September (Gestapu), pada dekade yang sama, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkostrad.

Irian Barat kembali ke pangkuan RI pada 1 Mei 1963 dan Gestapu berhasil diredam pada Oktober 1965.

Baca Juga: Dulu Jadi Pembantu Seksi di Sinetron, Nasib Artis Ini Berubah Drastis Setelah Dinikahi Cucu Soeharto

Maret 1967, Soeharto dikukuhkan sebagai presiden ke-2 RI menggantikan Soekarno yang dituntut mundur oleh mahasiswa dan masyarakat pada Juli 1966.

Soeharto kemudian menjadi presiden RI dengan berbagai gejolak politik dan ekonomi yang turut mewarnai hingga 21 Mei 1998.

Sebagai seorang militer yang telah kenyang berbagai pertempuran besar, Soeharto pernah dianugerahi kehormatan tertinggi sebagai Jenderal Besar TNI.

Ia wafat pada 27 Januari 2008 dan dimakamkan dengan upacara kebesaran militer di Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah.

Baca Juga: Kisah Danty Rukmana Cucu Soeharto yang Kehilangan Uang Triliunan Rupiah Hingga Rumah Tangganya Berantakan

Jenazah Soeharto dimakamkan di samping makam Tien Soeharto yang telah mendahuluinya pada 28 April 1996 silam.

Dikutip dari Tribunnews.com, kompleks Astana Giribangun ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.

Di atas komplek Astana Giribangun, terdapat Astana Mangadeg, yakni komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.

Baca Juga: Tertipu 2 Triliun Hingga Pernikahannya Hancur, Begini Kondisi Terkini Cucu Soeharto yang Tak Disangka-sangka

Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.

Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan. Yakni untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegara III. (*)