Find Us On Social Media :

Jadi Profesor Intelijen Pertama di Dunia, Ini Sosok Hendropriyono, Mantan Anggota Pasukan Elit Kopassus dan Mertua KSAD Andika Perkasa yang Melegenda

By None, Selasa, 15 Oktober 2019 | 08:21 WIB

GridPop.id - Kasus penusukan Wiranto ikut membawa nama Andika Perkasa sebagai KSAD.

Andika Perkasa memutuskan untuk mencopot jabatan Dandim Kendari akibat ulah istrinya.

Dilihat dari latar belakang KSAD Jenderal Andika Perkasa, ternyata ia memiliki mertua yang juga seorang Jenderal TNI terkenal di tanah air.

Ia adalah AM Hendropriyono.

Di militer Indonesia, jejak AM Hendropriyono melegenda.

Baca Juga: Ditanya Soal Rosa Meldianti, Dewi Perssik Beri Reaksi Tak Terduga hingga Ucapkan Kalimat Ini: Kalau Nggak Bisa Nyanyi Saya Malu!

Khususnya di dunia intelijen. Diketahui, ia merupakan mantan Kepala BIN.

Berdasarkan profilnya, AM Hendropriyono atau bernama lengkap Abdullah Makhmud Hendropriyono adalah pria kelahiran Yogyakarta, 7 Mei 1945.

Kariernya yang paling melegenda ketika AM Hendropriyono menjadi ujung tombak pertempuran pasukan elite Kopassandha yang kini bernama Kopassus.

Selain itu, Hendropriyono pun masuk ke ranah intelijen sebagai Kepala Badan Intelijen ( BIN ) pertama.

Selama berkarir di dunia militer, AM Hendropriyono terlibat dalam sejumlah operasi yang membesarkan namanya.

AM Hendropriyono dikenal sebagai penuntas insiden bersejarah, Peristiwa Talangsari 1989.

Kala itu, AM Hendropriyono berhasil menindak potensi radikalisme dari Kelompok Warsidi di Talangsari, Lampung.Pertempuran antara tim Kopassus yang dipimpin AM Hendropriyono pun menumbangkan Kelompok Warsidi itu.

Sebelum Peristiwa Talangsari 1989, Mantan mertua KSAD Andika Perkasa pernah melakukan aksi heroik bertempur dengan Pasukan Gerilya Rakya Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).

Baca Juga: Terkuak Alasan Nikita Mirzani Unfollow Media Sosial Uya Kuya: Mending Gue Perkecil Pertemanan Dibanding Punya Banyak Teman Fake

Awalnya, pemerintah Soekarno sengaja membentuk pasukan gerilya saat konfrontasi Indonesia-Malaysia, pada 1963-1966.

Kedua pasukan itu dilatih secara khusus oleh TNI di Surabaya, Bandung, dan Bogor.

Namun, ketika kekuasaan Indonesia berpindah tangan pada Soeharto, anak asuh TNI itu justru berbalik menjadi musuh.

Soeharto memutuskan berdamai dengan Malaysia.

Kemudian, pasukan gerilya itu diminta untuk menurunkan senjata.

Namun, PGRS dan Paraku rupanya mengabaikan permintaan itu.

Mau tak mau, pihak TNI pun harus menertibkan aksi para gerilyawan itu.

Akhirnya, AM Hendropiyono bersama timnya bernama Sandi Yudha turun tangan bertempur di hutan rimba kawasan Kalimantan.

Sandi Yudha ini merupakan satuan intelijen tempur milik pasukan elite yang kini bernama Kopassus.

Awalnya, AM Hendropriyono berusaha keras untuk mengambil hati lawan tanpa tindakan keras.

Tim Sandi Yudha ini beberapa kali berhasil mencuri simpati mereka.

Satu di antaranya, dengan Wong Kee Chok, komandan PGRS.

Namun, tak semua bisa diselesaikan secara baik-baik.

Baca Juga: Selingkuhan Sang Kekasih Mengaku Hamil Tanpa Nikah, Begini Nasib Juara Ajang Pencarian Bakat ini Tinggal Di Rumah dengan Ruang Tamu yang Bikin Tercengang

Pada akhirnya, pilihan terakhir pun dilakukan tim Sandi Yudha, yakni menggunakan tindakan keras.

Mulai dari penculikan dan interogasi, hingga melakukan perlawanan.

Perlawanan yang membekas diingatan AM Hendropriyono, yakni berduel dengan Hassan, yang juga komandan PGRS.

Kala itu, ia bersama tim kecil sebanyak delapan orang harus mengintai gubuk Hassan semalaman.

Secara hati-hati, satu di antara timnya kemudian membunuh penjaga gubuk yang memegang senjata api menggunakan sangkur.

Kemudian, Hendropriyono pun harus menembak Hassan untuk melumpuhkan lawannya itu.

Ia bahkan membanting tubuh Hassan menggunakan jurus bela dirinya.

Duel sengit satu lawan satu itu dilakukan AM Hendropriyono untuk menumbangkan lawan.

Paha dan jari-jarinya terluka parah karena terkena sangkur Hassan.

Serangan Hassan itu bahkan nyanris mengenai dada AM Hendropriyono.

Pertempurannya di Kalimantan ia tulis dalam buku berjudul Operasi Sandi Yudha: Menumpas Gerakan Klandestin

Keandalannya dalam berbagai operasi pertempuran membuat AM Hendropriyono dipercaya sebagai Kepala BIN.

Baca Juga: Bocah Bernama Del Piero yang Hilang Selama 6 Minggu dan Sempat Viral Kini Telah Ditemukan, Sang Ayah Beberkan Putranya Terkena Hasutan Temannya

Tidak hanya mengurus bawahannya di BIN, ia pun membetuk regenerasi melalui pendirian Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN).

Selain sekolah, AM Hendropriyono pun menggagas Sumpah Intelijen, Mars Intelijen, hingga logonya.

Dalam pendidikan, mertua KSAD Andika Perkasa ini bahkan menerangkan intelijen sebagai ilmu.

Sepak terjangnya ini menjadikan AM Hendropriyono menjadi tokoh militer dan intelijen ternama.

Ia bahkan dinobatkan sebagai guru besar intelijen pada 2014.

Baca Juga: Terawang Penusukan Terhadap Wiranto, Paranormal Nyai Ratu Kidul Ingatkan Pejabat Negeri Ini: Ada yang Lebih Nekat!

Hal itu membuat AM Hendropriyono menjadi profesor intelijen pertama di Indonesia, banyak disebutkan yang pertama di dunia.

Kini, AM Hendropriyono pun bergelut di dunia politik, yakni Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

Ia bahkan sempat menjabat menjadi ketua umum PKPI hingga April 2018.