GridPop.id - Penolakan Ustaz Abdul Somad di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menuai polemik.
Ustaz Abdul Somad akhirnya buka suara terkait kuliah umumnya yang dibatalkan pihak Universitas Gadjah Mada.
Kuliah umum Ustaz Abdul Somad yang berlokasi di Masjid Kampus UGM pada Sabtu (12/10) itu dibatalkan karena dianggap tak selaras dengan jati diri kampus biru tersebut.
"Hal ini dilakukan untuk menjaga keselarasan kegiatan akademik dan kegiatan nonakademik dengan jati diri UGM," papar Kepala Humas dan Protokol UGM, Iva Ariani.
Sebelumnya, telah beredar undangan kuliah umum bertajuk Integrasi Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
Kuliah umum tersebut bertema 'Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek): Pondasi Kemajuan Indonesia' dan rencananya akan dimulai Sabtu pukul 12.45 WIB hingga selesai.
Di kuliah umum direncanakan diisi dua pembicara, ada Prof Heddy Shri Ahimsa Putra dan Ustaz Abdul Somad.
Kendati demikian, kuliah umum tersebut batal dilaksanakan.
Lantas apa tanggapan Ustaz Abdul Somad?
Dilansir dari program Fakta Tv One pada Selasa (15/10/2019), Ustaz Abdul Somad pun memberikan tanggapan.
"Saya menyampaikan tausiyah bukan seperti artis yang kejar target, jadi saya diundang maka datang. Jadi kalau misalnya dibatalkan maka saya ke tempat lain, yang selalu saya bilang 'nanti ya kalau ini batal'," jelas Ustaz Abdul Somad.
Lebih lanjut, Ustaz Abdul Somad mengaku sebuah tempat untuk tausiyah itu tak terlalu penting di zaman era digital seperti saat ini.
"Ketika saya tausyiah di UII Yogyakarta, toh teman-teman UGM juga nantinya akan nonton dan mungkin ingin silaturahmi," beber Ustaz Abdul Somad.
Bukan sekali saja Ustaz Abdul Somad kerap mengalami pembatalan agendanya, namun saat ini ia tampak santai menghadapinya.
Tahun lalu, kegiatan ceramahnya di Jepara dan Semarang juga mendapat penolakan dari beberapa organisasi masyarakat (ormas).
Selanjutnya, pada tahun 2017 pria kelahiran Asahan, Sumatera Utara tersebut juga mendapat penolakan dari beberapa ormas ketika ingin melakukan safari dakwah di Bali.
Bahkan, Ustaz Abdul Somad juga ditolak oleh otoritas Hong Kong yang menurut UAS berkaitan dengan dugaan terorisme di 2017 lalu.
"Saya kira sudah dari dulu. Ketika kasus 2 jam nongkrong di bandara, terus ada juga di Kudus. Tetapi saya tetap datang meski dibatalkan saat itu di Kudus.
Jadi kalau bisa sebenarnya pihak yang menghadang datang ke panti dan temui anak autis tersebut. Cium tangannya semoga Allah mengampunkan," ungkap Ustaz Abdul Somad.
Tak hanya itu, Ustaz Abdul Somad pun mengunggah profil pribadinya di Instagram agar seluruh pihak tak salah paham dan mencurigai dirinya.
"Kalau orang termakan isu kan kasihan, dia akan terus keliru. Orang keliru berbicara itu berawal dari mendengar dan berpikir," papar Ustaz Abdul Somad.
Menurut Ustaz Abdul Somad, terdapat sebuah hal yang susah dilakukan ketika menghadapi orang yang mencari makannya dari gagal paham.
Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Irjen Ahmad Dofiri menegaskan kepolisian tak terlibat atas keputusan pembatalan kuliah umum Ustaz Abdul Somad di Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Inikan kebijakan yang punya tempat kalau masalah begitu. Kepolisian dalam hal ini tidak terkait langsung dengan itu, jadi lebih kepada kebijakan yang punya tempat seperti itu. Yang punya tempat misalnya membatalkan, tidak melanjutkan kegiatan itu, monggo silakan yang punya tempat," ujar Dofiri di Mapolda DIY, Yogyakarta, Kamis (10/10/2019).
Ia mengatakan keputusan pembatalan tersebut lebih pada kebijakan dari pemilik tempat acara dan bukannya terkait dengan kepolisian.
Baca Juga: Idap Auto Imun hingga Keluarganya Banyak yang Mati Mendadak, Ashanty Wanti-Wanti Aurel: Kayaknya Umur Bunda Nggak PanjangTerlebih, jenderal bintang dua ini menilai pihaknya tak perlu memberikan rekomendasi terkuat penyelenggaraan acara tersebut.
"Tidak perlu kali di masjid (ada rekomendasi). Memang tidak perlu," kata dia.
Lebih lanjut, ia mengatakan kalaupun terjadi konflik pro dan kontra terkait pembatalan itu tentunya sudah diantisipasi oleh pihak universitas.
Terutama dengan kultur Yogyakarta yang humanis.
"Tidak lah, tidak akan sejauh itu. Semua pihak dewasa, bisa menyelesaikan itu dengan baik. Jadi kita tidak terlalu jauh untuk mengantisipasi karena internal di universitas sendiri saya kira sudah bisa menyelesaikan itu," tandasnya.