Find Us On Social Media :

Ashanty Divonis Idap Autoimun, Pola Makan Seperti Ini Ternyata Pemicu Utama Autoimun, Waspadalah

By None, Jumat, 25 Oktober 2019 | 12:41 WIB

GridPop.id Ashanty diketahui menderita autoimun saat menemani sang suami, Anang Hermansyah melakukan cek kesehatan.

Ashanty juga diminta ikut melakukan check up kesehatan juga.

Dari pemeriksaan tersebut Ashanty sempat terkejut dengan kondisi tubuhnya yang didiagnosis mengalami penyakit autoimun.

Melalui unggahannya, Ashanty pun tak menyangka bisa mengidap penyakit ini. 

 Baca Juga: Khawatir Pasca Divonis Menderita Penyakit Autoimun, Ashanty Ungkap Hal yang Paling Membuatnya Takut Saat Ini: Aku Nggak Boleh Kalah Sama Penyakitku

"Diagnosa awal kaget banget, aku kena ‘auto immune’ sesuatu yg ngga pernah saya bayangkan, denger nya aja serem.. " tulis Ashanty dalam unggahannya.

Tetapi para dokter yang ada di sana meyakinkan bahwa penyakit itu bisa sembuh dengan terapi.

Ashanty pun berharap bahwa penyakitnya ini masih ada pada tahap awal dan bisa dengan mudah disembuhkan.

Ternyata tak hanya Ashanty, kabar buruk ini juga sempat diungkapkan komika dan juga penulis Raditya Dika.

Ia mengaku bahwa dirinya mengidap penyakit autoimun.

"Halo semua, hari ini kita mau ke Singapura karena gue mau check up setahun sekali untuk penyakit autoimun gue," ungkap Raditya Dika dalam vlognya (31/8/19).

Ia juga menjelaskan tiap tahun selalu pergi ke rumah sakit yang sama di Singapura untuk pemeriksaan rutin.

"Tiap tahun gue selalu ke Singapura ke rumah sakit yang sama buat check up," ujarnya pada pembukaan vlog.

Perlu Anda tahu bahwa penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh membuat antibodi dan sel-sel kekebalan yang menyerang jaringan tubuh kita sendiri.

Gejala yang paling lazim adalah inflamasi.

Biasanya inflamasi ini berwujud mulai dari masalah perut hingga kemerah-merahan di kulit.

Faktanya, saat ini penyakit autoimun semakin banyak.

Review literatur baru-baru ini menyimpulkan tingkat kejadian penyakit-penyakit autoimun rematik, endokrinologi, gastrointestinal dan neurologi meningkat antara 4-7 persen setiap tahun, dengan peningkatan terbesar di penyakit celiac, diabetes tipe 1, myasthenia gravis (kelelahan otot cepat).

"Peningkatan terbesar terjadi negara-negara belahan utara maupun selatan," ujar Geoff Rutledge, dokter asal California dan kepala bagian medis Health Tap seperti dilansir dari kompas.com pada 2016 silam.

Tetapi, peningkatan penyakit itu memang benar-benar terjadi atau karena dokter lebih teredukasi akan gejala dan tandanya, sehingga mampu mendiagnosa lebih efektif?

Dr Rutledge mengatakan keduanya bisa terjadi.

"Benar bahwa kami memperluas definisi penyakit autoimun.”

“Semakin banyak masyarakat mengenal penyakit ini, lebih banyak lagi yang terdiagnosa.”

“Kami pun memiliki lebih banyak lab yang mendeteksi kondisi autoimun yang belum simptomatik," katanya.

Ia pun menunjuk kombinasi faktor-faktor yang menyebabkan seseorang didiagnosa penyakit autoimun.

Seseorang memiliki kecenderungan penyakit autoimun seperti Crohn's, lupus atau rhematoid arthritis karena faktor genetika.

Jika orang itu terkena infeksi virus, tubuh mengeluarkan reaksi imun dan timbul penyakit autoimun.

Rutledge mengatakan, faktor-faktor lingkungan pun berperan menambah jumlah penyakit ini.

Tetapi di sini ia menyebut pemikiran ini masih hipotesis dan dibutuhkan riset untuk membuktikannya.

Faktor lingkungan itu adalah merokok, obat-obatan yang digunakan penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, menurut studi yang diterbitkan di Environmental Health Perspectives.

Kendati belum diketahui cara mencegahnya, Dr Rutledge mengatakan banyak dokter percaya mencegah kekurangan vitamin D membantu mencegah diabetes tipe 1, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis dan penyakit Crohn's.

Dua pemicu utama penyakit autoimun ini adalah pola makan dan stres berat.

Pola makan selalu menjadi faktor utama bagi kesehatan tubuh kita.

Pola makan yang pantang gluten, gula dan susu dipercaya meringankan penyakit ini.

Ada juga penyakit autoimun yang timbul di usia tertentu, seperti rheumatoid arthritis dan Hashimoto's thyroiditis.

Baca Juga: Suaminya Nginap di Rumah Pelakor, Istri Sah Geram Lalu Jual Suami ke Sang Wanita hingga Terjadi Tawar Menawar, Ini Harga yang Disepakati

Semua orang dapat terdiagnosa penyakit ini di semua tahapan hidupnya.

Saat ini semakin banyak penyakit autoimun terdiagnosa dan hal ini mungkin mendorong penemuan teknologi baru untuk mendeteksi penyakit lebih cepat sebelum berubah jadi lebih parah.

"Para dokter berharap teknologi lebih baik untuk mengidentifikasi dan mengobati gejala penyakit ini secara dini.”

“Seperti mendeteksi antibodi autoimun untuk membantu mencegah gejala minor di awal agar tidak berubah menjadi penyakit autoimun seumur hidup," tegas Rutledge.