Find Us On Social Media :

Pasangan Suami Istri Ini Berhari-hari Duduk di Depan Sekolah Anak Mereka, Cerita Di Baliknya Bikin Haru

By None, Sabtu, 9 November 2019 | 06:30 WIB

Ilustrasi

GridPop.id - Sebuah kisah menyayat hati menimpa seorang anak kecil.

Di Taman Kanak-kanak, seorang anak mestinya diajarkan untuk bermain dan bergembira.

Tapi apa yang terjadi di Kota Huadian, China ini begitu memilukan.

Taman Kanak-kanak, tak ubahnya neraka bagi bocah.

Baca Juga: Raja Sinetron Ini Idap Kanker Kelenjar Getah Bening, Olahan Daging Seperti Ini Ternyata Bisa Jadi Penyebabnya

Nahas, satu anak pun terlanjur tewas karena hukuman yang diberikan oleh guru di sana.

Bocah 6 tahun bernama Guo Jintong, meninggal dunia di dalam kelas.

Menurut para saksi, ia meninggal gara-gara hukuman yang diberikan gurunya.

Mulut Jintong dilakban oleh gurunya.

Ia pun akhirnya meninggal lantaran tersedak.

Saksi mengatakan, hukuman itu diberikan hanya karena masalah sepele.

Jintong disebut-sebut ribut saat melakukan senam pagi.

Ia berteriak-teriak dan tertawa keras-keras.

Gurunya jengkel, kemudian melakban mulut Jintong agar ia tak lagi bersuara.

Baca Juga: Ramalannya Kembali Tepat, Roy Kiyoshi Terawang Seorang Artis Kondang Terjerumus ke Dunia Kelam: Jangan Sampai Salah Gaul!

Dalam kondisi mulut dilakban, Jintong melompat-lompat bersama teman-temannya.

Saat itulah, ia diduga tersedak dan tak bisa bernafas.

Para staf sekolah sempat membawa Jintong ke klinik sekolah.

Mereka juga memanggil ambulans.

Nahas, menurut tim medis, Jintong sudah meninggal sebelum ambulans sampai ke sekolahan itu.

Peristiwa ini memancing kemarahan publik di China.

Baca Juga: Putri Kandungnya Bertahun-tahun Dimadu, Sang Mertua Tak Tahan Beberkan Ulah Ustaz Al Habsyi yang Bikin Geram: Sekarang Tak BIsa Lagi!

Pihak sekolah tutup mulut, tapi pemerintahan setempat membenarkan adanya peristiwa ini.

Kepolisian tengah menyelidiki siapa yang harus bertangungjawab terhadap kematian Jintong.

Yang mengharukan, ayah dan ibu Jintong terus duduk di depan sekolah, menunggu pihak sekolah memberikan jawaban dari pertanyaan mereka: mengapa kau melakukannya ke anak kami? (*)