GridPop.ID - Beberapa saat lalu Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo baru saja mengumumkan sederet nama anak muda yang terpilih menjadi staf khusus kepresidenan.
Salah satunya adalah wanita muda bernama Angkie Yudistia yang ternyata merupakan seorang disabilitas yang mengidap tuna rungu.
Siapa sangka, dibalik kekurangan Angkie tersebut ternyata menyimpan cerita luar biasa yang membuatnya bisa menjadi sosok seperti saat ini.
Nama Angkie Yudistia menjadi salah satu nama yang dipilih sebagai staf Presiden Joko Widodo yang diperkenalkan di Istana Negara, Jumat (22/11/2019) pagi.
Paras cantik Angkie Yudistia menjadi sorotan di antara staf Presiden Jokowi yang lainnya.
Sekilas tak ada yang aneh dengan Angkie Yudistia.
Namun, wanita berusia 32 tahun tersebut menjadi satu-satunya penyandang tunarungu yang diamanahi Jokowi untuk menjadi staf kepresidenan.
Meski mengidap tunarungu, Angkie Yudistia menjadi salah satu penyandang disabilitas yang paling berpengaruh di Indonesia.
Tunarungu yang diidap Angkie pun bukan bawaan lahir, melainkan karena efek dari banyaknya antibiotik yang dikonsumsinya saat mengidap malaria.
Sejak usia 10 tahun, Angkie kehilangan pendengarannya.
“Awalnya aku enggak tahu (ada gangguan pendengaran), sampai lingkungan sekitar bilang sudah manggil-manggil, tetapi aku enggak dengar, enggak nengok,” cerita Angkie dilansir dari Kompas.com.
Mengidap keterbatasan pendengaran saat remaja bukanlah hal yang mudah untuk Angkie.
Ia kerap merasa tertekan dan kurang percaya diri.
Setidaknya, butuh waktu 10 tahun bagi penulis buku Perempuan Tunarungu, Menembus Batas itu untuk bangkit.
Lulus dari SMAN 2 Bogor, Angkie kemudian melanjutkan kuliah jurusan ilmu komunikasi di London School of Public Relations Jakarta.
Kehidupan di kampus itulah yang kemudian sedikit demi sedikit mengubah pola pikirannya.
Ia mulai sadar, bila ia tidak pernah menerima kekurangannya, sampai kapan pun ia tak akan pernah menikmati hidupnya.
"Dosenku bilang, kamu jujur sama diri kamu sendiri. Kalau kamu sudah jujur sama diri sendiri dan jujur sama orang lain, orang lain akan mengapresiasi kejujuran kita. Jadi benar, ketika aku jujur, mereka jadi sangat bantu," ucap Angkie.
Pada 2008, ia didapuk menjadi salah satu finalis Abang None Jakarta.
Masih pada tahun yang sama, ia didapuk sebagai "The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008".
Setelah itu, Angkie mendirikan Thisable Enterprise bersama rekan-rekannya untuk membantu memberdayakan mereka yang memiliki keterbatasan.
Sulitnya memperoleh pekerjaan menjadi alasan ia mendirikan Thisable Enterprise.
Ia kemudian bekerja sama dengan Gojek Indonesia untuk mempekerjakan orang-orang dengan disabilitas di Go-Auto dan Go-Glam.
Selain itu, para penyandang disabilitas didukung untuk mengembangkan ide kreatif untuk membuat suatu produk, salah satunya yang sudah ada saat ini adalah membuat produk kecantikan.
"Aku percaya, tuli itu juga SDM milik negara, aset negara, jadi kita juga memiliki hak," kata Angkie. (*)