GridPop.ID - Belum genap dua bulan dilantik, Menteri BUMN Erick Thohir telah melakukan gebrakan.
Setelah mengangkat Basuki Tjahaja Purnama menjadi Komisaris Utama PT Pertamina, Erick Thohir juga mencopot jabatan Ari Askhara sebagai Direktur Utama Garuda Indonesia.
Tak berhenti sampai di situ, kali ini Erick Thohir kembali melakukan bersih-bersih anak dan cucu milik perusahaan BUMN.
Diberitakan via Kompas.com, Erick mengatakan baru-baru ini dirinya menemukan fakta bahwa PT Pertamina (Persero) memiliki 142 anak dan cucu perusahaan.
Hal tersebut terungkap ketika dirinya melakukan rapat bulanan dengan perusahaan minyak dan gas pelat merah tersebut.
"Kemarin saya rapat dengan Pertamina, ternyata ada 142 perusahaan di Pertamina," ujar Erick Thohir ketika ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Pajak di Jakarta, Jumat (14/12/2019).
Erick pun memaparkan, untuk lebih lanjut dirinya meminta jajaran direksi dan komisaris Pertamina memetakan bisnis dari masing-masing entitas anak perusahaan tersebut.
Selain itu, dirinya juga meminta direksi dan komisaris untuk emmeriksa kondisi kesehatan dari masing-masing perusahaan.
Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi keberadaan bisnis-bisnis yang justru merugikan perusahaan induk.
"Saya juga enggak mau nanti ternyata seperti saya bicara 142 perusahaan Pertamina hanya oknum-oknum yang akhirnya menggerogoti Pertamina. Nah, ini yang saya sudah minta laporan daripada direktur utama dan komisaris utama," ujar dia.
Adapun terakhir, Erick Thohir berencana akan melebur bisnis-bisnis sampingan yang dimiliki oleh BUMN.
Hal tersebut untuk menindaklanjuti temuan mengenai banyaknya BUMN yang memiliki anak dan cucu usaha yang berbeda dari bisnis inti.
Staf khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mencontohkan, saat ini terdapat 85 hotel yang dimiliki oleh BUMN.
Namun, hotel tersebut bukan bagian dari BUMN perhotelan atau PT Hotel Indonesia Natour (Persero) (Inna Hotel Group).
"BUMN yang memiliki bisnis inti hotel ya Inna Hotel. Tapi tidak tahu, ternyata ada 85 hotel dimiliki BUMN," ucap Arya, Selasa (10/12/2019).
Nantinya, bisnis-bisnis di luar bisnis inti perusahaan pelat merah bakal dilebur sehingga perusahaan yang bersangkutan bisa kembali menjalankan bisnis sesuai dengan inti bisnis yang mereka miliki.
"Kami ingin buat semua kembali ke bisnis inti masing-masing. Itu tetap mekanisme bisnis," ujar dia.
Berbagai tindakan yang dilakukan Erick Thohir tersebut menyedot banyak perhatian dri publik.
Diberitakan Tribunnews.com, pengamat ekonomi dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Retno Tanding Suryandari beranggapan bahwa sang menteri akan melakukan beberapa perubahan untuk mewujudkan visi presiden dalam menjadikan BUMN dan Kementerian BUMN sebagai 'Indonesia in Corporate'.
"Mungkin akan ada perubahan lagi yang dilakukan Pak Erick Thohir karena melihat visinya Pak Jokowi yang akan menjadikan BUMN dan Kementerian BUMN menjadi 'Indonesia in Corporate'," tutur Retno.
Ia menambahkan, menurut visi tersebut, BUMN diharapkan dapat menjadi satu holding company yang sangat besar.
"Selain itu, BUMN juga diharapkan dapat salah satu tangan Indonesia untuk melakukan investasi, mencermati industri mana yang bagus untuk dikembangkan dan berinvestasi dalam jangka panjang," lanjut Retno.
Menurutnya, hal tersebut baik untuk dilakukan di Indonesia.
Namun, Retno menuturkan, untuk mencapai Kementerian BUMN dan BUMN menjadi satu holding company yang sangat efektif dan efisien, perlu dilakukan perombakan-perombakan yang luar biasa.
Sebab asumsinya, menurut Retno, jika diarahkan menjadi Indonesia in Corporate atau satu holding company yang sangat besar maka harus mampu mewakili kepentingan Indonesia untuk melakukan investasi, akuisisi industri atau perusahaan internasional.
Contohnya, pasti dibutuhkan mindset yang berbeda.
"Harus berpikir secara profesional untuk menjadikan BUMN dan Kementerian BUMN menjadi satu holding company yang kuat," kata Retno. (*)