Find Us On Social Media :

Awalnya Berniat Bahagiakan Calon Suami, Tak Disangka Operasi Keperawanan yang Dilakukan Wanita Ini Sebelum Nikah Berujung Bencana, Yang Terjadi Bikin Shock

By None, Sabtu, 25 Januari 2020 | 08:14 WIB

Ilustrasi

GridPop.id - Sebuah kasus mencengangkan dialami seorang wanita muda.

Tindakan yang dilakukannya berbuah fatal.

Sebagian dari kita mungkin ada yang  pernah mendengar hymenoplasty?

Ya, ini adalah istilah untuk rekontruksi kembali selaput dara pada wanita agar dapat kembali perawan

Baca Juga: Isi Chat Bocor & Isyaratkan Kepalsuan, Tour Guide Ini Bongkar Sikap Tak Terduga Raffi Ahmad & Nagita Slavina di Belakang Kamera Selama Keliling Dunia: 'Saya Jadi Saksinya!'

Perempuan bernama Swati  berbagi cerita tentang keputusannya melakukan operasi hymenoplasty sebelum ia menikah.

Swati memiliki kehidupan yang buruk di masa lalu sehingga kini ia tidak lagi perawan. 

Gambaran pernikahan yang suci dengan laki-laki pilihan keluarganya membuat ia memutuskan untuk melakukan operasi.

Namun kemudian Swati Srivastava, nama lengkapnya, menyesali keputusannya seperti dilansir timesofindia.

1. Dia sempurna, aku tak lagi perawan

Saat pertama kali bertemu,  Aditya terlihat begitu sempurna. Memiliki perkerjaan yang baik, rendah hati dan ramah. Mereka memutuskan untuk menikah.

2. Anggapan bahwa laki-laki tidak mau jika pasangannya tidak perawan lagi

Swati tidak bisa membayangkan apabila Aditya tahu bahwa dia tak lagi perawan. Lantas ia bertanya kepada temannya dan memutuskan untuk melakukan operasi hymenoplasty.

Operasi tersebut merekontruksi kembali selaput daranya.

  3. Dia dibayangi pertanyaan, apakah dirinya termasuk membohongi pasangannya?

Rasa sayangnya terhadap Aditya dan tidak ingin kehilangan membuat Swati yakin melakukan hal tersebut. Namun ia tidak memikirkan jangka panjangnya di kemudian hari apa yang akan terjadi.

Baca Juga: Geger Virus Corona, Seluruh Warga Kota Wuhan China di Isolasi, Kondisinya Kini Bak Kota Mati: Kami Belum Keluar Rumah Selama 3 Hari!

4. Operasi Hymenoplasty

Biaya yang ia keluarkan adalah 50000 rupee atau sekitar Rp10.541.850,- pada sebuah klinik.

Prosedurnya hanya berlangsung 1 jam, setelah itu Swati diminta meminum antibiotik dan obat lainnya.

Swati harus menunggu 15 hari agar selaput daranya sempurna dan tidak diperbolehkan melakukan aktivitas fisik yang berat.

5. Berbulan Madu 

Sebulan pasca menikah Swati berbulan madu dengan Adit di Okney, Skotlandia. Mereka menikmati bulan madunya.

7. Ketika menanyakan masa lalu Adit, semua berubah

Adit menanyakan masa lalu Swati, dan Swati mengatakan bahwa ia masih perawan. Ada perasaan bersalah dari Swati karena ia berbohong.

Namun, saat pertanyaan ditujukan kepada Adit semua berubah.

8. Dia telah melakukan seks selama 5 tahun sebelumnya

Adit mengaku telah melakoni hubungan seks dengan wanita lain sebelumnya selama 5 tahun. Bahkan ia lakukan secara berkelompok.

Dia telah memutuskan akan menjadi pria lajang setelah bertemu Swati.

Baca Juga: Diserang Guna-guna oleh Sesama Selebritis, Artis Lawas ini Alami Penyakit Tak Wajar Hingga Sempat Mimpikan Seekor Ular, Rony Dozer: Saya Hanya Doa Aja

9. Swati begitu terpukul

Dia begitu terpukul dan malu atas perbuatan yang ia lakukan. Terlebih mengetahui apa masa lalu Adit.

Dia seperti ingin menghilang saja.

10. Seks bukanlah masalah, Cinta yang paling utama

Swati menyesali kebodohan yang ia lakukan, dan banyaknya jumlah uang yang ia keluarkan karena uang tersebut dapat ia gunakan untuk membantu orang lain.

Dia berbohong pada suaminya dan tetap mempertahankan kebohongannya, dan itu menjadi beban untuknya.

Tidak ada yang perlu yang disembunyikan dengan pasangan, katakanlah jujur apa adanya.

Cinta adalah menemukan seseorang yang mencintai Anda di luar kesusahan, sekalipun itu tentang keperawanan.

Baca Juga: Putuskan Bercerai Usai 9 Tahun Menikah, Mantan Suami Jenita Janet Bongkar Sifat Buruk sang Istri yang Doyan Menyakiti Dirinya Sendiri: Itu yang Ditakutkan!

11. Jangan biarkan pasangan mengontrol apa yang harus dan tidak anda lakukan

Suatu keputusan yang telah dipilih akan menimbulkan konsekuensi, jangan hanya mendengar dari satu pihak. Harus mendengarkan kata hati tidak hanya menuruti keinginan.

Cobalah terbuka dan bicarakan segala hal dengan pasangan anda. Belajar dari cerita Swati tersebut, banyak pesan yang dapat kita ambil, kejujuran adalah baik meskipun itu pahit.

Bicarakan segala seuatu dengan pasangan, keterbukaan menjadi kunci sebuah hubungan berjalan adil untuk kedua pihak.

 

Ketika Keperawanan Dipersoalkan

Dalam buku Healthy Sexual 3 terbitan PT Intisari Mediatama persoalan keperawanan ini juga dibahas secara mendalam.

Di masa lalu, darah di malam pertama menjadi tanda keperawanan seorang wanita. Sehelai kain putih dijadikan alas tidur kedua mempelai.

Jika di pagi hari tak ada bercak, secara adat sang suami berhak mengembalikan mempelai putri pada keluarganya.

Pernikahan batal. Bahkan ada yang menuntut mahar dikembalikan.

Si wanita akan dikucilkan dan menanggung malu selamanya. Sampai akhirnya ada lelaki yang bersedia mengawininya, tapi ia harus dibawa pergi dari komunitas itu.

Ternyata, pemuliaan keperawanan masih dianut sebagian lelaki hingga masa kini. Bahkan mungkin sebagian besar lelaki.

Baca Juga: Lakoni Adegan Berantem, Al Ghazali Mendadak Ambruk Hingga Tak Sadarkan Diri Ditengah Syuting, Ada Apa?

Dra. Ieda Purnomo Sigit Sidi, psikolog, memahami bahwa kepercayaan orang yang menjumpai istrinya tidak perawan akan terlukai.

Tapi ia mengingatkan, robeknya selaput dara bukan hanya akibat hubungan seksual. Bisa jadi karena selaputnya terlalu kenyal, lubangnya terlalu besar, atau bahkan jatuh dari sepeda sewaktu kecil.

Justru kepada lelaki seperti itu Ida bertanya, sudahkah ia memberi hak pada istrinya untuk menuntut keperjakaan dirinya? Dikatakan, setiap orang memiliki masa lalu, sementara kehidupan adalah tiga serangkai: kemarin, kini, dan esok.

Bukankah masih ada hari ini ke depan untuk membangun komitmen baru, rasa kepercayaan baru, ketimbang mengubek masa lalu yang membuat perkawinan itu jadi neraka?

Itulah akibat dunia ini didominasi laki-laki. "Mereka yang membuat peraturan, pastilah dicari yang tidak menyusahkan mereka. Jadi, tuntutan lebih banyak ditujukan pada perempuan."