"Misalnya bagi orang normal konsumsi hormon itu kan ada aturan pakainya. Aturan konsumsi hormon itu satu bulan sekali, ini satu hari 7, gimana nggak overdosis?
Jadi aku lihat ketika aku membuat dialog atau membuat survei dengan mereka-mereka yang melakukan operasi kelamin atau mereka yang suntik hormon itu kebanyakan nggak nyambung,” jelasnya kemudian.
Mami Yuli kemudian menjelaskan prosedur operasi kelamin yang benar sesuai aturan.
“Karena begini, ketika mereka sudah mempunyai keputusan untuk operasi, kadang-kadang mereka tidak lewat aturan.
Sebenarnya aturan yang dikeluarkan oleh pengadilan itu bahwa harus ada terapi hormon, harus ada pendampingan psikiater, itu paling sedikit 2 tahun.
Itu juga prosesnya juga harus pendekatan dengan istilahnya tokoh agama.
Tapi teman-teman sekarang ini yang penting ada uang langsung Thailand. Langsung rumah sakit, rumah sakit juga bukan rumah sakit resmi, asal jadi aja yang penting perempuan.
Udah selesai operasi, satu tahun dua tahun, dia mau kembali lagi kan nggak bisa. Nah ini yang membuat banyak teman-teman akhirnya depresi, banyak yang stress,” tuturnya sedih.