Find Us On Social Media :

Gagal Tembak Mati Presiden Soekarno saat Salat Idul Adha, Sniper Andalan Ini Ngaku Pandangannya Kabur Hingga Posisi Target Berpindah-pindah: Tembakannya Jadi Ngawur

By Luvy Yulia Octaviani, Kamis, 19 Maret 2020 | 15:15 WIB

Soekarno saat sedang sholat Idul Adha Kolase via wartakota.com

GridPop.ID - Ancaman pembunuhan bagi tokoh pemerintah, menurut catatan sejarah sangat kerap terjadi.

Presiden Soekarno pun juga berkali-kali mengalami ancaman ini.

Kala itu, seorang penembak jitu Sanusi akan menembak Soekarno dalam jarak dekat ketika dirinya Sholat Idul Adha.

Baca Juga: 85 Persen Pasien Corona di China Bisa Sembuh, Ramuan Sederhana Ini Terbukti Ampuh Karena Mampu Detoksifikasi Paru-Paru dari Covid-19

Tetapi, entah mengapa pandangan si penembak tiba-tiba kabur.

Bukan hanya itu, bayangan Soekarno berpindah-pindah, membuat tembakan itu selalu gagal.

Terungkap jawaban dari sebuah misteri atas pertanyaan tersebut.

Melihat catatan sejarah puluhan tahun silam, upaya penyerangan terhadap tokoh-tokoh pemerintahan kerap terjadi.

Bahkan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno berkali-kali menjadi target pembunuhan.

Namun penyerangan terhadap Sang Putra Fajar berkali-kali pula gagal.

Salah satu upaya pembunuhan itu saat Soekarno melaksanakan sholat Idul Adha.

Dalam buku Soekarno Poenja Tjerita terbitan Bentang tahun 2016, penyerangan itu terjadi pada 14 Mei 1962.

Baca Juga: Sesumbar Bisa Panggil Malaikat dan Sembuhkan Penyakit di Luar Nalar, Ningsih Tinampi Malah 'Angkat Tangan' Hingga Pilih Tutup Sementara Praktik Pengobatannya, Kenapa?

Kala itu Sanusi diperintah Kartosoewiryo yang merupakan pimpinan Negara Islam Indonesia (NII) untuk membunuh Soekarno.

Kartosoewiryo sendiri sebenarnya adalah teman Soekarno saat masih kos di Gang Peneleh, Surabaya.

Mendapat perintah, Sanusi menunggu momen yang tepat untuk melaksanakannya.

Dia memilih momen Idul Adha karena diketahui penjagaan Istana tidak begitu ketat.

Baca Juga: Nyaris Meninggal Dunia, Bayi 1 Tahun Ini Ditemukan Lemah Tak Berdaya di Samping Jasad Ibunya yang Sudah Tewas Selama Dua Hari

Sehari sebelum upaya pembunuhan Soekarno

Dalam autobiografi Mangil berjudul Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967, Minggu pagi 13 Mei 1962 Mangil Martowidjojo, Komandan Kawal Pribadi Soekarno kedatangan Komandan Pengawal Istana Presiden, Kapten CPM Dachlan.

Kapten Dachlan menyampaikan ada upaya pembunuhan dari kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terhadap Presiden Soekarno di Hari Raya Idul Adha.

Pasalnya pada 14 Mei 1962 Soekarno akan melaksanakan sholat Ied di halaman Istana dengan beberapa tokoh agama, dan terbuka bagi siapa saja.

14 Mei 1962

Pagi buta, Mangil sudah datang ke tempat Soekarno akan melaksanakan sholat berjamaah.

Semua sudut diperiksa Mangil dan anak buahnya.

Mangil merencanakan enam pos dengan masing-masing ditempati dua pengawal demi mengantisipasi serangan bersenjata dari luar.

Peserta sholat Ied mulai berdatangan dan baris atau saf diatur.

Disebutkan Mangil mendapat informasi dari Kepala Rumah Tangga Istana Soehardjo Hardjowardojo siapa saja yang ada di barisan pertama hingga keempat.

Baris pertama diisi oleh Soekarno dan personel Angkatan Darat.

Baca Juga: Sisi Gelap Krisdayanti Selingkuh Dipergoki Anaknya Sendiri, Aurel dan Azriel Beberkan Perjuangan Tinggal di Ruko Bersama Anang Hermansyah: Kita Makannya Benar-benar Cuma Mie Instan

Begitu pula baris kedua hingga keempat diisi personel militer dan kepolisian.

Sementara anak-anak buah Mangil tersebar berselang-seling di belakang Soekarno.

Mangil dan Sudiyo menempatkan diri di depan presiden menghadap orang-orang yang sholat demi keamanan.

Baca Juga: 2 Kali Gagal Nikah, Yuni Shara Ngaku Trauma Hingga Enggan Temui Mantan Suami Pertama, Namun Kedekatannya dengan Mantan Suami Kedua Curi Perhatian Warganet

Bayangan Soekarno bergeser-geser

Sanusi menembakkan pistol ke arah Soekarno.

Beruntung, peluru tersebut gagal meluncur ke arah Soekarno.

Kendati demikian, sejumlah jamaah salat Idul Adha mengalami luka akibat tertembak di bahu dan punggung.

"Penembakan yang dilakukan dari jarak sekitar 7 meter (penembak berada di saf ketujuh), meleset," begitu penjelasan dalam buku itu.

Hal ini terlihat mustahil lantaran Sanusi merupakan penembak jitu alias sniper andalan DI/NII.

"Jalan kematian memang bukan kuasa manusia," tulis buku itu.

Namun, berdasarkan pengakuan Sanusi, pandangannya mendadak kabur saat akan menembak.

Yang dilihatnya adalah bayang-bayang sosok Soekarno yang bergeser-geser, dari satu posisi ke posisi lain.

"Karena itulah, tembakannya pun menjadi ngawur," tambah buku tersebut.

Dalam sidang, Sanusi Firkat alias Usfik, Kamil alias Harun, Djajapermana alias Hidajat, Napdi alias Hamdan, Abudin alias Hambali, dan Mardjuk bin Ahmad Dijatuhi hukuman mati.

Selain menangkap mereka, pemerintah saat itu juga berhasil menangkap Kartosoewiryo.

Baca Juga: 25 Tahun Menikah, Musisi Wanita Kondang Ini Dikabarkan Pernah Selingkuh dengan Petinggi Polisi, Istri Sah Pergoki Keduanya Sudah Punya Panggilan Sayang: Akang dan Teteh

Kartosoewiryo ditangkap tentara Siliwangi saat bersembunyi di dalam gubuk yang ada di Gunung Rakutak, Jawa Barat,4 Juni 1962.

Vonis mati dijatuhkan kepada Kartosoewiryo.

Soekarno menolak grasi mantan sahabatnya itu, sehingga Kartosoewiryo pun tetap dieksekusi mati.

Baca Juga: Telah Diuji Coba, Obat Flu dari Jepang Ini Ampuh Sembuhkan Pasien yang Positif Virus Corona Lebih Cepat!

Meski begitu, Soekarno bertanya kepada regu tembak pasca eksekusi itu dilakukan.

"Bagaimana sorot matanya? Bagaimana sorot mata Kartosoewiryo?

Bagaimana sorot matanya?" tanya Soekarno.

Mendapatkan pertanyaan itu mereka pun menjadi bingung.

Meski demikian, seorang ajudan spontan menjawabnya.

"Sorot mata Kartosoewiryo tajam. Setajam tatapan harimau pak," jawabnya.

Mendapatkan jawaban seperti itu, Soekarno lantas bernafas lega, dan melempar tubuh ke sandaran kursi,

Tak lama setelah itu, Soekarno pun mendoakan keselamatan arwah Kartosoewiryo.

Baca Juga: Cinta Luna Maya dan Ariel Noah Disebut Tak Akan Tergoyahkan, Sebelum Meninggal Sosok Ini Jadi Saksi Bisu Jalinan Kasih Keduanya: Cintailah Dia Sepenuh Hati

(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kisah Ketika Bung Karno Ditembak Saat Salat Dari Jarak 7 Meter Tapi Meleset, Penembak: Bayangan Bung Karno Bisa Pindah-pindah Posisi