Find Us On Social Media :

Sebelum Corona, Ini 5 Wabah Mematikan yang Pernah Terjadi Sepanjang Sejarah Peradaban Manusia

By None, Rabu, 15 April 2020 | 16:00 WIB

Wabah Besar London.

Wabah akibat bakteri Yersinia pestis tidak pernah benar-benar berakhir dan kembali 800 tahun kemudian. Wabah Maut Hitam atau Black Death yang menyerang Eropa pada 1347, menewaskan 200 juta orang hanya dalam empat tahun.

Meski belum diketahui dengan pasti bagaimana wabah ini bisa berhenti, tapi menurut para ahli, itu berkaitan dengan jarak. Hal ini dilihat dari bagaimana para pejabat berpikiran maju di kota pelabuhan Ragusa yang dikuasai Venesia, memutuskan untuk mengisolasi para pelaut yang baru datang sampai mereka terbukti tidak sakit.

Awalnya, para pelaut ditahan di kapal mereka selama 30 hari, yang kemudian dikenal dalam hukum Venesia sebagai trentino. Seiring berjalannya waktu, orang-orang Venesia menambah waktu 'isolasi paksa' menjadi 40 hari atau quarantino--kata asli dari karantina yang kini dilakukan warga dunia saat menghadapi wabah.

Baca Juga: Heboh Raisa Andriana Pamer Foto Keluarga Bareng Suami dan Anak, Netizen Salah Fokus pada Putri Kecil Sang Penyanyi: Yeay Akhirnya Foto Anaknya Dilihatin

"Cara tersebut tentu saja memberikan pengaruh dalam penanggulangan wabah," ujar Mockaitis.

3. Wabah Besar London

London tidak pernah beristirahat setelah Black Death. Wabah terus muncul di wilayah tersebut setiap 20 tahun mulai dari 1348 hingga 1665-secara total terjadi 40 wabah dalam 300 tahun. Dan di setiap epidemi baru, sekitar 20 persen pria, wanita dan anak-anak yang tinggal di ibu kota Inggris itu terbunuh.

Pada awal 1500-an, Inggris menerapkan kebijakan pertama untuk memisahkan dan mengisolasi warga sakit. Rumah-rumah yang dirasa memiliki wabah ditandai dengan tali jerami pada tiang di luar rumah. Jika memiliki anggota keluarga yang terinfeksi, makan Anda harus membawa tiang putih ketika keluar rumah. Anjing dan kucing yang dianggap berpotensi membawa penyakit pun dibunuh secara massal.

Wabah Besar 1665 merupakan wabah terakhir dan terparah London, membunuh 100 ribu orang dalam tujuh bulan. Semua sarana dan hiburan umum ditutup dan pasien terinfeksi dipaksa tinggal di dalam rumah untuk mencegah penyebaran penyakit. Salib merah dicat di pintu-pintu mereka beserta dengan permohonan ampunan: "Tuhan, kasihanilah kami".