GridPop.ID - Nasib malang menimoa keluarga yang satu ini di tengah pandemi Covid-19.
Warga asal Bogor yang tinggal di Jakarta itu harus keluar dari rumah kontrakannya karena tidak mampu membayar uang bulanan.
Mulyanti bersama empat anaknya yang masih kecil beserta suaminya pun akhirnya terpaksa hidup menggelandang.
Sudah 10 tahun, Mulyanti mengadu nasib di Ibu Kota.
Suaminya adalah seorang penjual barang bekas.
Sementara Mulyanti bekerja sebagai pemulung.
Namun, ia harus kehilangan pekerjaan setelah wabah Covid-19 merebak.
1. Sempat Mengontrak
Selama dua minggu, Mulyanti pun hidup menggelandang dan tidur di pinggir jalan.
"Saya sebelumnya masih bisa ngontrak di daerah Budi Kemuliaan.
Ayahnya jualannya masih lumayanlah.
Sekarang, lagi keadaan begini, otomatis saya ga bisa jualan, beginilah jadinya," ujar Mulyanti.
Mulyanti pun tidak memiliki persiapan apa-apa menjelang melahirkan akibat kondisi seperti ini.
"Ya saya pasrah aja keadaan sudah begini, pasrah aja," lanjutnya.
2. Dapat Bantuan Tempat Tinggal
Dirinya mengaku sampai sekarang belum mendapat bantuan dari sembako dari pemerintah.
"Kalau bantuan sembako belum ada, tapi kalau makan bentuk nasi ada tiap hari."
Beruntung, Mulyanti kini telah mendapatkan bantuan dari para relawan berupa rumah kontrakan untuknya dan keluarga tinggal.
"Saya udah bersyukur banget ada yang bantu saya dalam keadaan saat ini.
Saya senang banget, campur seneng dan sedih.
Nggak nyangka kok masih ada yang peduli pada saya saat ini.
Senangnya saya memikirkan anak-anak.
Kalo idup di jalan seperti apa," jawabnya.
3. Reza Alami Nasib Serupa
Mulyanti merupakan satu di antara dari juta warga yang terdampak wabah Corona.
Pandemi Covid-19 berdampak buruk pada perekonomian masyarakat, khususnya mereka yang penghasilannya tidak tetap.
Sejumlah warga bahkan terpaksa tinggal dan tidur di emperan kawasan Pasar Tanah Abang karena tidak lagi memiliki penghasilan untuk membayar sewa kontrakan atau indekost.
Salah satunya adalah Reza, bekas karyawan toko yang sudah hampir satu bulan tidur di trotoar Pasar Tanah Abang.
4. Tak Bisa Bayar Kos
"Saya pedagang ikut orang juga di Kota Tua dagang jilbab gitu, karena keadaan corona ini juga pengunjung kurang dan juga peraturan dari pemerintah juga toko enggak boleh buka, ya sudah tutup," ujarnya dalam wawancara yang disiarkan Kompas TV, Kamis (23/4/2020).
Dia terpaksa menggelandang karena tidak lagi mampu membayar indekost semenjak tempat kerjanya tutup akibat mewabahnya Covid-19.
"Namanya kostan enggak tahu menahu, namanya perut mau corona mau enggak perut harus makan, tempat tinggal harus dibayar," ungkapnya.
5. Kejar Sembako Demi Makan
Sementara itu, Fahmi yang juga tidur di emperan mengaku terpaksa tidur di pinggir jalan karena kehabisan uang untuk menyewa Indekost.
Fahmi sempat bekerja di pusat perbelanjaan kawasan Blok M. Sampai akhirnya diberhentikan akibat mall dan kios tidak boleh beroperasi.
"Kan diperpanjang diperpanjang lagi sama pemerintah, toko di Blok M pada tutup.
Nah pas tutup sudah bingung kan, uang sudah pada habis, mau makan di mana mau tinggal di mana, ya sudah," ungkapnya.
Kini, Reza dan Fahmi hanya bisa tidur di trotoar dan mencari makan dengan mendatangi tempat-tempat pembagian makanan gratis yang dilakukan di pinggir jalan.
"Tidur di Tanah Abang bertiga bareng kan. Terus di situ juga cari makan di jalan.
Ada yang bagi sembako kita kejar, yang bagi makan juga kita kejar," kata Fahmi.
(*)