Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa kurkumin dapat menghambat pembentukan fibrosis miokardial melalui modulasi ekspresi ACE2.
"Dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa kurkumin dapat memodulasi ekspresi ACE2 tersebut, beberapa pihak menyatakan bahwa kurkumin memberikan kemudahan bagi Covid-19 masuk ke dalam sel," jelas profesor yang mengajar di Fakultas Farmasi UNAIR tersebut.
Namun, Prof. Manges mengatakan, Virus SARSCov-2 menginfeksi organ paru.
Maka, masih perlu dilakukan penelitian khusus untuk menjawab apakah pemberian kurkumin pada sel paru akan mempercepat masuknya kuman dan virus, termasuk virus SARSCov-2.
"Dan karena penelitian tersebut dilakukan pada organ jantung, maka kemungkinan reseptor yang diperiksa adalah reseptor yang terdapat pada pembuluh darah. Hal itu berbeda dengan SARSCov-2 yang reseptornya di organ paru," imbuhnya.
Selain itu, lanjutnya, kurkumin hanyalah satu dari begitu banyak komponen kandungan pada kunyit.
"Yang dikonsumsi oleh manusia adalah kunyit, bukan kurkumin. Yang sudah pasti adalah bahwa penelitian pada kunyit, jahe, temulawak terbukti menunjukkan kerja zat kandungannya sebagai pendongkrak sistem imun," tegasnya.
Prof. Manges melanjutkan, konsumsi rempah-rempah seperti temulawak dan kunyit sudah menjadi tradisi masyarakat Asia, termasuk Indonesia yang telah terbukti dapat membuat tubuh sehat.