Find Us On Social Media :

Inilah Kota Paling Berbahaya di Dunia yang Letaknya Ternyata Bersebelahan dengan Indonesia, Hotel Dipagari Kawat Berduri dan Dijaga Ketat Serasa Penjara!

By None, Senin, 4 Mei 2020 | 10:00 WIB

Inilah Kota Paling Berbahaya di Dunia yang Letaknya Ternyata Bersebelahan dengan Indonesia, Hotel Dipagari Kawat Berduri dan Dijaga Ketat Serasa Penjara!

GridPop.ID – Hotel dikenal sebagai tempat yang nyaman untuk ditinggali, namun tidak di kota satu ini.

Letaknya bersebelahan dengan Indonesia, tapi kota ini justru disebut sebagai kota paling berbahaya di dunia.

Di kota paling berbahaya di dunia ini, hotel saja terasa bagaikan penjara dengan gerbang kawat berduri hingga petugas keamanan yang siap berjaga.

Baca Juga: Unggah Foto Saat Tidur Berdua, Posisi Zaskia Gotik & Sirajuddin Mahmud Ini Langsung Jadi Sorotan Netizen: 'Kayak Mau...'

Kota ini teretak di Papua Nugini yang berbatasan dengan Provinsi Papua.

Port Moresby merupakan kota terbesar di Papua Nugini dengan penduduk sekitar 500 ribu jiwa. 

Kota ini memiliki status yang sama dengan provinsi lainnya di Papua Nugini dan memiliki nama resmi National Capital District (NCD).

Kisah mencekamnya ibu kota Papua Nugini ini digambarkan oleh seorang jurnalis yang pernah berkunjung ke sana.

Baca Juga: Selama Ini Terlihat Tegar, Ayah Ashraf Sinclair Sebut Senyumnya Palsu Tutupi Kesedihannya hingga Akui Dapat Surat Tak Dikenal Tentang Sosok Putranya yang Buatnya Mati Rasa, Kenapa?

Berikut kisahnya.

Saya kebetulan menginap di salah satu hotel terbaik di Port Morseby yang berada di kawasan 10 km, berjarak sekitar 5 menit dari bandara.

Namun yang membedakan hotel ini dengan hotel-hotel lainnya, ada pada pintu gerbang yang selalu tertutup rapat dengan penjagaan ketat.

Tembok tinggi dan kawat berduri juga mengelilinginya.

Wah, mirip penjara saja, komentar kolega saya sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Baca Juga: Telan Pil Pahit 2 Kali Kawin 2 Kali Cerai, Inilah Sosok Suami Pertama Yuni Shara yang Menikahinya Diusia 21 Tahun dan Hanya Bertahan Selama 4 Bulan!

Pengamanan di hotel juga cukup ketat.

Untuk masuk ke lift kita harus punya kunci akses, demikian juga untuk pindah dari koridor ke koridor lain, tak terkecuali untuk menuju ke restoran di lantai 7.

Tepat di pintu lobi, selain satpam berseragam putih hitam, ada juga sekuriti berseragam hitam-hitam dengan senjata terhunus selalu siap siaga di tangan.

Lucunya, pengamanan superketat seperti ini ternyata bukannya membuat kita merasa aman, tetapi membuat saya bertanya-tanya, ada apa dengan kota ini?

Baca Juga: Belum Reda Virus Corona Menghantam Dunia, Muncul Fakta Sebuah Dokumen Rahasia Mengatakan Covid-19 Diciptakan di Laboratorium Wuhan hingga China Dituduh Sudah Berbohong

Sebagian pertanyaan ini terjawab ketika pihak concierge melarang kami untuk berjalan kaki keluar hotel.

Kami hanya boleh bepergian dengan mobil atau taksi resmi yang dipanggil oleh hotel.

Ketika sempat berkelana ke pusat kota alias CBD Port Moresby, suasana terlihat biasa-biasa saja.

Namun hampir setiap bangunan, baik hotel dan perkantoran, selalu dijaga ketat dan dikelilingi tembok tinggi dengan kawat berduri dan kamera CCTV.

Baca Juga: Saingi Ibu Kota, 3 Kota Ini Berpotensi Jadi Episentrum Baru Penyebaran Virus Corona di Tanah Air, Waspadalah!

Di jalan-jalan, memang tampak People Mover Vehicle (PMV) atau angkutan umum, namun yang berkeliaran di jalan dengan bebas umumnya hanya mereka yang ras Melanesia.

Meski PNG merupakan negara multietnis dan multiras serta banyak pekerja asing, orang-orang ini kebanyakan bepergian dengan kendaraan pribadi.

Kawasan-kawasan tertentu juga dihindari pada malam hari.

Port Moresby is one of the most dangerous capital city in the world,” demikian komentar resepsionis hotel berwajah Asia Tenggara.

Baca Juga: Dulu Hebohkan Seantero Negeri Nikahi Brondong 10 Tahun Lebih Muda, Janda 4 Anak yang Dulunya Model Sabun Mandi Ini Kepergok Sudah Cerai dengan Sang Suami: Kemana Aja Telat, Semuanya Sudah Selesai!

Gadis manis ini ternyata berasal dari Filipina.

I am not familiar with the city because I am not from here,” terang dia, ketika saya minta saran tentang tempat-tempat yang wajib dikunjungi.

Jadi, meski gadis ini sudah enam bulan bekerja, selama itu pula dia cuma hidup di antara hotel dan di asrama karyawan saja.

Alasannya, karena di luar tidak aman!

Memang, tingkat pengangguran yang sangat tinggi (konon mencapai sekitar 60%) dan maraknya penggunaan narkoba ikut memperburuk suasana keamanan Port Moresby.

Kota-kota lain dan kawasan pesisir di PNG seperti Lae, Wewak, New Britain, dan Pulau Manus, situasinya juga mirip, namun tidak separah kota ini.

Baca Juga: Hilang Bak Di telan Bumi, Mantan Kekasih Billy Syahputra Bawa Kabar Buruk Derita Gangguan Mental Parah hingga Harus Konsultasi Ke Psikolog: Kondisi Aku Lagi Kurang Baik

Gangster Punya klub rugby

“Nama saya Rajalinggam,” begitu seorang pria setengah baya memperkenalkan diri.

Dengan kendaraan putihnya, dia siap mengantar kami ke tempat “meeting” di kawasaan Jackson International Airport.

Pria yang bisa berbahasa Indonesia ini ternyata pernah tinggal dan bekerja di Indonesia cukup lama dan kebetulan dari etnis India yang berasal dari Malaysia.

“Hampir 90% pekerja di kawasan bandara merupakan pendatang,” demikian terang dia ketika mobil sudah meluncur melewati pintu gerbang yang dijaga ketat.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Paula Verhoeven Syok Berat Sang Suami Derita Penyakit Ganas hingga Harus Jalani Operasi Detik Itu Juga, Baim Wong: Saya Mau Sehat, Saya Mau Sembuh

Raja pun bercerita, dia hanya bepergian dari tempat tinggal ke kantor setiap hari dan selalu berusaha pulang kerja sebelum Matahari tenggelam.

Ada beberapa tempat rawan di mana para raskol (dalam bahasa Tok Pisin berasal dari rascal alias begal) sering mengadang, merampok, kadang juga melukai korbannya.

Menurut informasi ada beberapa kelompok raskol kenamaan di sana seperti Bomai, Kip Koboni, Mafia, dan 585.

Kelompok Bomai termasuk yang paling ditakuti dan konon bermarkas di kawasan 4 Miles.

Baca Juga: Rugi Bandar Hingga Rp 400 Juta, Billy Syahputra Blak-blakan Bongkar Alasannya Didepak dari Program Acara TV Bareng Raffi Ahmad, Gara-gara Rebutan Biduan Dangdut?

Mereka melakukan segala bentuk kriminalitas dari mencuri, menggarong, membegal, membajak kendaraan, dan bahkan sampai memperkosa.

Oleh karena itulah di kota ini bukan saja para ekspatriat, tetapi juga penduduk lokal yang sudah mapan ikut menggunakan jasa pengamanan.

Ada pula kelompok Kip Koboni yang bermarkas di Kaugere, sebelah selatan kota.

Bahkan kelompok ini memiliki klub rugby tersendiri yaitu Kaugere Buldog.

Anggotanya umumnya berasal dari Suku Motu yang berasal dari pesisir di sekitar Port Moresby.

Baca Juga: Santer Dikabarkan Kritis Hingga Meninggal Dunia, Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un Tiba-tiba Muncul Lagi dalam Kondisi Sehat, Seantero Dunia Tertipu?

Pertarungan antarkelompok suku juga kadang-kadang meramaikan dunia hitam di Port Moresby.

Selain Suku Motu, ada juga suku dari pegunungan yaitu Suku Tari.

Mahalnya rasa aman membuat pendatang maupun sebagian elite penduduk lokal hanya bisa menikmati keindahan kota ini dari balik kendaraan atau bangunan yang dikurung alat pengamanan.

Untuk bepergian terkadang harus beriringan dan dikawal ketat bak rombongan pejabat di Tanah Air.

Karena kondisi itu, tak heran jika bisnis yang paling menguntungkan di kota ini adalah sekuriti.

Baca Juga: PSBB di Jakarta Berdampak Positif, Anies Baswedan Beri Peringatan Bagi Warga DKI yang Masih Nekat Mudik: Hati-hati, Kalau Mudik Belum Tentu Bisa Kembali ke Jakarta dalam Waktu Singkat!

Dampak lain, harga-harga serta biaya hidup menjadi jauh lebih mahal dibandingkan dengan di kotakota lainnya.

Dalam pengamatan saya, harga hotel di kota ini juga merupakan salah satu yang paling mahal di dunia, tak terkecuali Tokyo maupun New York. (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul “Seram! Kota Paling Berbahaya di Dunia Ini Lokasinya Tak Jauh dari Indonesia”