GridPop.ID - Banyak sekali kontroversi mengenai konspirasi virus corona.
Bahkan banyak sekali warga Negara Indonesia yang mempercai teori konspirasi tersebut.
Salah satunya adala Jerinx SID yang sempat menghebohkan publik dengan teori konspirasi virus corona yang sisampaikannya.
Sebelumnya ia bahkan sesumbar bakal siap jika ada yang menantangnya untuk disuntik virus corona.
Namun Jerinx tidak melakukannya dengan cuma-cuma.
Ia meminta para dokter, perawat, dan para influencer yang menyuarakan lockdown untuk di bui jika dirinya sembuh dari Covid-19.
Belum selesai publik dibuat geger dengan statement-statementnya, kini Jerinx kembali berulah.
Berbeda dengan kebanyakan orang, Jerinx justru mengampanyekan untuk tidak tes Covid-19.
Alasannya tes virus corona hanya bagian dari agenda asing.
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp. PD., menanggapi perihal unggahan musisi Jerinx SID yang mengatakan agar jangan pernah mau melakukan tes Covid-19.
Menurut Zubairi, pernyataan Jerinx tersebut tidaklah tepat.
Ia mengatakan, tes Covid-19 justru semestinya dilakukan sebanyak mungkin untuk memutus rantai penularan.
"Itu tidak tepat karena tes Covid sebanyak mungkin itu yang harus dikerjakan oleh seluruh negara manapun untuk memutus rantai penularan," kata Zubairi saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (5/5/2020) pagi.
Zubairi menerangkan, dengan dilakukannya tes Covid-19 maka pasien positif akan ditemukan.
Dengan begitu, pasien tersebut dapat segera diisolasi sehingga tidak menularkan virus yang dibawanya.
"Kemudian dilakukan telusur kontak, teman-teman (pasien) yang positif itu juga diperiksa, yang positif kemudian diisolasi atau dikarantina," kata Zubairi.
"Dengan cara itu, penularan akan sangat berkurang dan berhenti," tambahnya.
Sementara itu, mengenai fokus menyembuhkan penyakit sesuai dengan penyakit yang diderita, menurut Zubairi ada benarnya.
Namun, menolak untuk dites adalah hal yang keliru.
"Tentu fokus pada penyakitnya ketika kita sakit itu benar tapi tidak tes itu keliru," tegasnya.
Zubairi menyebutkan, pasien yang diminta untuk melakukan tes Covid-19 harus bersedia mengikutinya.
Menurut Zubairi, dalam situasi wabah seperti saat ini, Indonesia harus belajar dari negara-negara lain.
Zubairi menyebutkan, negara-negara yang melakukan tes Covid-19 secara masif terbukti dapat menyelesaikan pandemi ini dengan cepat.
"Jadi menjawabnya adalah jika belajar dari negara lain maka negara-negara yang amat cepat mengerjakan tes sebanyak mungkin itu berhasil mengatasi masalah covid-19 ini dengan cepat," kata Zubairi.
"Contohnya adalah Korea Selatan, contohnya juga di China, contohnya juga di Jerman," tambahnya.
Zubairi menambahkan, meskipun Jerman memiliki angka kasus positif yang terbilang sangat tinggi, namun negara tersebut memiliki angka kematian yang lebih rendah dari negara-negara sekitarnya.
"Dibandingkan dengan Belanda, Inggris, Spanyol, Itali, maka kematian di Jerman itu amat rendah," terangnya.
Sementara itu, Zubair juga menanggapi pernyataan Jerinx yang menyebutkan semakin banyak pihak yang melakukan tes Covid-19 maka dianggap semakin memuluskan Bill Gates memonopoli dunia.
Seperti yang diketahui, Jerinx juga sempat menyinggung pandemi Covid-19 ini sebagai konspirasi global.
"Ya menurut saya sekarang yang ilmiah saja," kata Zubairi.
"Kalau konspirasi global itu kan konspirasinya siapa?"
"Kalau konspirasinya China, kenyataannya China yang kena banyak, yang meninggal banyak."
"Kalau yang bikin orang Amerika, Amerika sekarang paling banyak terinfeksi lebih dari 1 juta, yang meninggal juga tadi banyak sekali, jadi tidak sesuai dengan konspirasi global," tambahnya.
Lebih lanjut, Zubairi mengimbau agar masyarakat lebih berfokus pada bagaimana mengatasi Covid-19 di Indonesia.
"Misalnya konspirasi oleh Amerika, ya saat ini jumlah di Amerika itu sudah sejuta lebih dengan angka kematian 69 ribu lebih, kalau konspirasinya oleh China, China itu jumlah pasiennya 82 ribu lebih, yang meninggal 4.633," kata Zubairi.
"Jadi menurut saya, tidak sesuai dengan teori konspirasi, namun sekali lagi yang lebih penting kita fokus saja ke Indonesia," sambungnya.
Menurut Zubairi, untuk mengatasi Covid-19 di Indonesia, saat ini yang perlu dilakukan adalah mengisolasi pasien positif, mengobati pasien positif Covid-19 yang sakit, dan disiplin untuk tinggal di rumah serta tidak berpergian.
Zubairi mengaku mengkhawatirkan situasi di Jakarta yang saat ini mulai tampak ramai.
"Saya terus terang agak khawatir sekarang ini, seminggu terakhir ini jalan-jalan di Jakarta makin penuh mobil kendaraan," kata Zubairi.
"Itu tanda-tanda buruk untuk keberhasilan program penanggulangan Covid," sambungnya.
Lebih lanjut, Zubairi menerangkan mengenai pentingnya tes Covid-19.
Menurut Zubairi, dengan adanya tes Covid-19 maka pasien positif dapat secepatnya ditemukan.
Sehingga, rantai penularan virus ini pun dapat dihentikan dengan mengisolasi pasien positif Covid-19 tersebut.
"Kemudian dilakukan telusur kontak atau contact tracing dari yang positif, kemudian kontak yang positif diisolasi sehingga tidak lagi menularkan," lanjutnya.
"Itu yang terjadi di Korea Selatan dan beberapa negara lain yang dianggap berhasil," tambahnya.
Menurut Zubairi, Jerman berhasil menekan angka kematian akibat Covid-29 karena melakukan tes Covid-19 secara masal.
Adapun seperti diketahui, unggahan Jerinx SID soal imbauan untuk tak melakukan tes Covid-19 viral di media sosial.
Tulisan tersebut diunggah Jerinx pada Senin (4/5/2020).
Dalam unggahannya tersebut, Jerinx pun berpesan pada masyarakat supaya lebih fokus menyembuhkan penyakitnya dengan cara biasa.
"Jangan pernah mau dites CV. Makin banyak yang mau dites hanya akan memuluskan agenda BG memonopoli dunia. Jika anda sedang sakit, jangan mau dites CV.
Fokus sembuhkan sakit anda dengan cara biasa yang sesuai dengan penyakitnya.
Yang jauh lebih bahaya dari CV adalah ketika BG (pemilik mayoritas saham farmasi global) mengendalikan apa yang ada di dalam tubuh anda." tulisnya.
(*)