Find Us On Social Media :

NASA Sebut Matahari Memasuki Mada Periode 'Lockdwon' Setelah Sekian Lama, Bumi Akan Alami Krisis Pangan, Letusan Gunung Merapi yang Dahsyat hingga Cuaca Dingin yang Ekstrim, Begini Penjelasannya!

By Septiana Risti Hapsari, Minggu, 17 Mei 2020 | 19:45 WIB

Bumi dan matahari

GridPop.ID - Dikarenakan Virus Corona, beberapa negara meutuskan untuk mengambil tindakan lockdwon.

Lockdown atau penguncian berarti menghentikan segala aktivitas luar seperti penerbangan, transportasi umum, hingga membuat orang hanya berada di rumah.

Ada beberapa negara yang berhasil menerapkannya.

Namun ada juga yang mengalami masalah akibat lockdown.

Baca Juga: Hanya di Indonesia, Pasien Covid-19 Mengalami Gejala Jenis Baru yang Tak Pernah Dialami Pasien dari Negara Lain hingga Buat Para Peneliti Kebingungan, Ada Apa?

Nah, bicara soal lockdown, menurut para ahli saat ini Matahari kita juga mengalami 'lockdown'.

Wah, apa maksudnya?

Dilansir dari nypost.com pada Sabtu (16/5/2020), Matahari kita, yang merupakan pusat tata surya saat ini telah berada dalam periode 'solar minimum' atau 'minimum Matahari'.

Artinya aktivitas di permukaannya telah turun secara drastis.

Dengan kondisi ini, maka para ahli percaya bahwa kita akan memasuki periode terdalam dari 'resesi' sinar Matahari, yang pernah tercatat sebagai bintik Matahari telah menghilang.

Baca Juga: Bekerja di Garda Terdepan Tangani Pasien Terpapar Pasien Corona, Seorang Dokter Rela Lakukan Hal Ini Lantaran Takut Jadi Sumber Virus Bagi Keluarga di Rumah: yang Ikhlas Ya..

"Solar Minimum sedang berlangsung dan ini sangat dalam," kata astronom Dr. Tony Phillips.

"Dalam hitungan, kondisi Matahari saat ini adalah salah satu yang terdalam pada abad ini."

"Di mana medan magnet Matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."

Apakah kita harus waspada?

Baca Juga: Luna Maya Sempat Ngebet Pingin Dikenalkan dengan Siwon, Teman Raffi Ahmad Asal Korea Selatan Malah Mengaku Tertarik Padanya, Cintanya Berbalas?

Jawabannya ya. Sangat.

Sebab, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi.

"Hal ini dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan mereka yang berada di kutub."

"Lalu juga memengaruhi elektro-kimia atmosfer di atas Bumi dan dapat membantu memicu petir."

Baca Juga: Tangis Ruben Onsu Pecah di Bandara Tak Tega Lepas Betrand Peto Pergi Sendirian Karena Hal Ini hingga Peluk dan Cium Pipi Sang Putra Sebagai Salam Perpisahan: Koko yang Baik Disana!

Belum selesai.

Ilmuwan NASA itu khawatir bahwa kondisi ini bisa mengulang kejadian antara tahun 1790 dan 1830 yang disebut Dalton Minimum.

Di mana kondisi tersebut mengarah pada periode musim dingin yang brutal, kehilangan panen yang mengakibatkan kelaparan, dan letusan gunung berapi yang kuat.

Baca Juga: Bak Langit dan Bumi dengan Warga Indonesia yang Ngeyel, Warga Filipina Kelewat Parno dan Disiplin, Lebih Pilih Tetap di Rumah Meskipun Lockdown Sudah Berakhir

Saat itu, kondisi suhu merosot hingga 2 derajat Celcius (3,6 derajat Fahrenheit) selama 20 tahun dan menghancurkan produksi pangan dunia.

Pada 10 April 1815, letusan gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di mana Gunung Tambora di Indonesia meletus dan menewaskan sedikitnya 71.000 orang.

Ini juga menyebabkan 'Tahun Tanpa Musim Panas' pada tahun 1816 dan ada salju di bulan Juli.

Baca Juga: Kabar Gembira, Anjurkan Masyarakat Indonesia Hidup Berdampingan dengan Corona, Jokowi Telah Siapkan Skenario Hidup New Normal, Sektor Usaha Diizinkan Buka Kembali: Produktif, Aman dan Nyaman!

(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Peringatan! Ilmuwan NASA Ini Sebut Matahari Memasuki Periode 'Lockdown', Bisa Sebabkan Kelaparan, Gunung Api Meletus, hingga Cuaca Dingin yang Ekstrim"