Penelitian itu dilakukan oleh Indian Institute of Technology (IIT), salah satu badan penelitian well respected atau sangat dihormati.
Dalam laporan tersebut, IIT memberi judul yang sangat profokatif, yakni "Uncanny similarity of unique inserts in the 2019-nCoV spike protein to HIV-1 gp120 and Gag".
Penggunaan kata "uncanny" atau luar biasa dalam judul dan kata "tidak mungkin kebetulan" dalam abstrak, membuat beberapa peneliti lain berpikir bahwa para penulis berpendapat virus corona baru entah bagaimana merupakan rekayasa manusia.
Makalah tersebut didiskusikan banyak ilmuwan dari seluruh dunia. Dalam waktu kurang dari 24 jam, para ilmuwan mengkritik makalah tersebut.
"Karena begini, sekuens yang mereka klaim ada di HIV, kalau mereka (ilmuwan India) mau mengerjakan pekerjaan rumahnya, (sekuens yang dimaksud) ini sebenarnya juga banyak ditemukan di virus-virus lain. Bahkan (sekuens yang sama) di virus influenza ditemukan sekitar tahun 50-an," kata Ahmad.
"Kalau ini buatan manusia kan enggak mungkin, karena revolusi biologi molukelar baru tahun 70-an dibuat. Jadi enggak masuk akal, orangnya belum bisa melakukan itu kok sudah ada (virus Influenzanya) di tahun 50-an," imbuhnya.
Dari kasus tersebut, Ahmad ingin menunjukkan bahwa peneliti yang dipercaya sekali pun dapat salah. "Scientist yang well respected (seperti IIT) juga bisa salah," ujarnya.
Banyak ahli diseluruh dunia telah membuktikan dan menegaskan bahwa virus corona SARS-CoV-2 secara alami berasal dari alam. Bukan buatan laboratorium atau buatan manusia.
"Kalau kita sudah tetapkan ini bukan buatan manusia, berarti kan (perdebatan) Amerika atau China hilang. Karena Amerika atau China sama-sama manusia kan," jelas Ahmad.