Selain kemiskinan, pasokan barang juga masih menjadi masalah.Barter seks dengan pembalut ini terjadi karena barang-barang saniter tidak tersedia di desa-desa.Di pedesaan, transportasi masih sulit dan kalau pun ada, para perempuan akan kesulitan membayar ongkosnya.
Baca Juga: Berderai Air Mata, Denada Ungkap Putri Kecilnya yang Baru 5 Tahun Divonis Leukimia, Tanpa Sadar Beberapa Makanan Ini Bisa Jadi Pemicunya!Sedangkan di beberapa desa yang lebih terpencil, tidak ada layanan transportasi umum karena jalan pun tak ada.Pendidikan seks ternyata juga masih dianggap tabu di lingkungan masyarakat daerah tersebut.Hal ini menyebabkan baik anak perempuan maupun laki-laki tak menerima informasi apapun mengenai menstruasi.Ibunya bungkam, bahkan sekolah juga tidak mengedukasi sama sekali.Judy, seorang siswi menengah di Kuria Barat mengalami trauma karena pengalamannya melakukan transaksi seks dengan pembalut.Saat pertama kali mengalami menstruasi, Judy masih duduk di kelas 7.Dia sedang mengikuti pelajaran olahraga di sekolah dan temannya melihat ada darah di pahanya.Judy yang baru pertama kali melihatnya bingung dan tak tahu harus berbuat apa.Kemudian temannya, Mary meminta izin ke guru olahraganya untuk membawa Judy pulang karena tak enak badan.Ternyata Mary telah mengatur pertemuannya dengan 2 pengemudi boda-boda dan memintanya untuk membelikan pembalut serta celana baru.Judy segera mengenakan pembalut tersebut dan membawa beberapa sisanya untuk digunakan di rumah.