GridPop.id- Sebuah kabar mengejutkan datang dari angkatan laut India dan Jepang.
India dan Jepang menggelar latihan bersama di Samudra Hindia minggu silam.
Tak heran bila ada yang menyebut kedua negara bersiap menghadapi ancaman dari China.
Latihan militer bersama yang melibatkan kedua negara ini memang tidak jarang dilakukan.
Namun kegiatan terakhir terjadi di tengah ketegangan yang dialami kedua negara dengan Beijing.
Dilansir dari South China Morning Post, pasukan India dan China tetap terkunci dalam pertempuran di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan di mana 20 tentara India tewas dalam bentrokan baru-baru ini dengan pasukan China.
Sementara Jepang dan China bersitegang dalam perang kata-kata mengenai langkah Jepang untuk mengubah administrasi status Kepulauan Senkaku, yang diklaim China sebagai Kepulauan Diaoyu.
New Delhi dan Beijing saling menyalahkan atas kematian di Himalaya.
Dimana Duta Besar China untuk India Sun Weidong mengatakan pasukan India bertanggung jawab atas bentrokan itu karena mereka telah melewati Garis Kontrol Aktual yang bertindak sebagai perbatasan de facto.
Sebagai tanggapan, Duta Besar India untuk China Vikram Misri memperingatkan riak dan dampak dalam hubungan diplomatik karena China berusaha mengubah status quo di darat secara paksa.
Lalu di saat Tokyo dan Beijing telah saling perang kata-kata atas kepulauan di Laut China Timur, Kementerian Luar Negeri China menyebut langkah Jepang sebagai provokasi serius terhadap kedaulatan wilayah China.
Sementara Menteri Pertahanan Jepang Taro Kano menanggapi bahwa Tokyo akan memantau niat Beijing, dan bukan hanya kemampuan perangnya.
Latihan ini adalah indikasi terbaru bahwa persaingan geopolitik memanas di Samudra Hindia dan Pasifik.
Di bulan ini saja Amerika Serikat telah melakukan tiga latihan di Laut Filipina dan Laut China Selatan.
Dua di antaranya dilakukan oleh tiga kapal induk, USS Nimitz, USS Ronald Reagan dan USS Theodore Roosevelt, sementara yang ketiga dilakukan bersama dengan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang.
Ketegangan juga meningkat tinggi antara China dan Vietnam setelah dua kapal China menabrak dan menenggelamkan kapal nelayan Vietnam.
ASEAN sendiri sudah mengeluarkan apa yang oleh banyak ahli dilihat sebagai pernyataan kuat terhadap klaim China atas Laut China Selatan ketika ia mengatakan Traktat Lautan Bangsa-Bangsa PBB tahun 1982 harus menjadi dasar penentuan klaim teritorial di perairan.