Selama ini, Anita dan Sarifudin hanya bisa mengandalkan upah sebagai buruh kupas kopra untuk bertahan hidup.
Bila masuk musim panen, Sarifudin biasanya akan beralih profesi menjadi buruh angkut padi di sawah karena upahnya yang lebih besar.
Namun usai panen, ia kembali menekuni profesi sebagai buruh kupas kopra dan itu pun jika ada kelapa yang bisa diolah jadi kopra.
Bila tak ada bahan bakunya, Sarifudin dan Anita menganggur sampai bahan baku terkumpul kembali untuk diolah.
Sebenarnya, Anita sendiri mengaku tak ingin buah hatinya terus menerus mengkonsumsi kopi seperti ini.
Ia sendiri juga khawatir dengan kesehatan anak semata wayangnya yang dalam masa pertumbuhan tersebut.
Sang anak mulai menunjukkan tanda-tanda kerajingan atau adiktif terhadap kopi.