Memperkirakan sekitar 4.000 Migran Cinatinggal di negara itu pada 2019, dan telah mendirikan 300 hingga 400 perusahaan bisnis.
Ini termasuk menjual barang-barang murah dan bahan bangunan, serta menjalankan restoran, hotel, rumah bordil, warung internet, dan pompa bensin, tulisnya.
Namun, Kedutaan Besar China di Dili tidak pernah merilis angka tentang berapa banyak warganya yang berada di Timor Leste, dan banyak yang mungkin tidak mendaftarkan kehadiran mereka di kedutaan atau memperpanjang visa mereka, sehingga sulit untuk menentukan jumlah pastinya.
Graeme Smith, seorang peneliti di Departemen Urusan Pasifik dari Universitas Nasional Australia dan pembawa acara The Little Red Podcast, yang menangani urusan China.
Mengatakan daratan melihat kepentingan strategis dalam mengakui Timor Leste terlebih dahulu karena persaingan geopolitiknya dengan Taiwan serta potensi Selat Wetar yang dipandang sebagai jalur pelayaran alternatif ke Selat Malaka.
"Alasan tergesa-gesa China dalam mengakui Timor-Leste pada 2002 sebagian karena Timor-Leste sebagai negara bangsa terbaru di dunia, dan salah satu yang diminati oleh para diplomat Taiwan,” kata Smith.