Di tengah perjalanan, Mohd Kharbi merasa perutnya lapar.
Maklum menurut dia, terakhir kali makan malam sebelumnya pukul 21.00 malam waktu setempat.
Sementara itu ia sudah menempuh perjalanan sekira 70 kilometer.
Dengan perut keroncongan, Mohd Kharbi pun mencari rumah makan untuk singgah dan mengisi tenaga.
Karena lapar, pikirannya saat itu diakui Moh Kharbi cukup kacau.
"Tentu saja pikiranku agak kacau. Sepertinya ada warung makan di seberang jalan, saya berbalik dan langsung pergi ke sana. Ada dua wanita di dalamnya, seorang anak dan seorang pria," terang Mohd Kharbi dikutip dari mStar Online.
Ia juga melihat nasi daging di atas meja yang ia pikir itu adalah dagangan.
"Ada hidangan nasi di atas meja. Saya pikir mungkin warung makan ini menjual makanan khusus, yaitu nasi daging."
"Saya, di sisi lain, sangat menyukai menu, terutama yang asli dari Terengganu," tutur Mohd Kharbi polos.
Menurutnya lagi, suasana rumah itu seperti warung makan pada umumnya.
"Saat masuk, lihat situasi di sekitar, saya meyakinkan diri ini warung makan atau rumah?
Saya lihat ada gelas di meja samping, berpikir ini sudah pasti warung makan," ungkapnya.
Mohd Kharbi dengan percaya diri kemudian memesan menu.
"Bang nasinya jadi (satu)," ungkapnya.
Setelah memesan menu, ia lantas menikmati hidangan seperti biasanya.
Setelah hidangannya habis, dia berniat membayar nasi yang telah habis disantapnya.
Namun alangkah kagetnya dia ketika hendak menyodorkan uang, ia diberitahu kalau di situ bukanlah warung makan.
Ia baru tahu jika beberapa orang yang dikiranya pelanggan ternyata adalah anak-anak dari pemilik rumah dan tetangga mereka.
"Saya diberitahu ternyata orang-orang yang makan itu adalah putra pemilik rumah dan sebagian tetangga sebelah."
"Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka ketika ada orang yang datang ke rumah lalu meminta nasi," ucapnya.
Mohd Kharbi lalu menyebut beruntung orang Melayu terkenal ramah kepada tamu yang meminta makanan.