Apalagi mesin buatan Universitas Gadjah Mada ini hanya memerlukan waktu sekitar 2 menit saja untuk mengeluarkan hasil tesnya.
Ditambah lagi, melansir Kompas.com, GeNose dikabarkan telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia pada Kamis (24/12/2020) lalu.
Ketua tim pengembang GeNose, Prof Kuwat Triyana pun telah menegaskan bahwa pihaknya akan segera memproduksi GeNose secara massal.
Berbagai kelebihan itu pula yang lantas membuat Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Sorparno mendukung penuh rencana produksi massal GeNose.
"Produksi massal GeNose akan mempermudah dan meringankan beban masyarakat yang ingin melakukan test Covid-19 karena estimasi harga per pemeriksaannya hanya 25 ribu.
Apalagi mengingat PCR maupun swab antigen yang harganya masih relatif mahal dan memberatkan masyarakat serta kadang-kadang sulit untuk dikontrol harganya," ujar Eddy Rabu (20/1/2021) seperti dikutip dari Tribunnews.com.
"Apalagi sudah teruji dan terbukti tingkat sensitivitasnya dan spesifitasnya, nanti kan akurasi di atas 90%. Begitu juga dari aspek aspek kepraktisan karena GeNose itu relatif portabel dan bisa dibawa kemana-mana," tambahnya.
Namun siapa sangka, rencana produksi massal dan penggunaan mesin GeNose ini justru menuai peringatan dari Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.