GridPop.ID - Pandemi Covid-19 di Indonesia sampai saat ini masih menjadi momok besar yang harus diwaspadai.
Namun baru-baru ini muncul kabar gembira yang bisa membuat masyarakat bernafas sedikit lebih lega.
Sebab, para peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta akhirnya menemukan sebuah alat pendeteksi covid-19 yang bernama GeNose.
Buah tangan anak bangsa itu pun seketika mencuri perhatian publik di Indonesia.
Pasalnya, alat yang diberi nama GeNose itu menawarkan berbagai kelebihan mulai dari kecepatan waktu hingga biaya yang terjangkau.
Melansir Kompas.com, masyarakat hanya perlu merogoh kocek Rp 15-25 ribu untuk melakukan tes menggunakan mesin GeNose.
Harga tersebut tentu saja terpaut jauh dibandingkan test rapid antigen yang dipatok harga sekitar Rp 250-275 ribu.
Apalagi mesin buatan Universitas Gadjah Mada ini hanya memerlukan waktu sekitar 2 menit saja untuk mengeluarkan hasil tesnya.
Ditambah lagi, melansir Kompas.com, GeNose dikabarkan telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia pada Kamis (24/12/2020) lalu.
Ketua tim pengembang GeNose, Prof Kuwat Triyana pun telah menegaskan bahwa pihaknya akan segera memproduksi GeNose secara massal.
Berbagai kelebihan itu pula yang lantas membuat Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Sorparno mendukung penuh rencana produksi massal GeNose.
"Produksi massal GeNose akan mempermudah dan meringankan beban masyarakat yang ingin melakukan test Covid-19 karena estimasi harga per pemeriksaannya hanya 25 ribu.
Apalagi mengingat PCR maupun swab antigen yang harganya masih relatif mahal dan memberatkan masyarakat serta kadang-kadang sulit untuk dikontrol harganya," ujar Eddy Rabu (20/1/2021) seperti dikutip dari Tribunnews.com.
"Apalagi sudah teruji dan terbukti tingkat sensitivitasnya dan spesifitasnya, nanti kan akurasi di atas 90%. Begitu juga dari aspek aspek kepraktisan karena GeNose itu relatif portabel dan bisa dibawa kemana-mana," tambahnya.
Namun siapa sangka, rencana produksi massal dan penggunaan mesin GeNose ini justru menuai peringatan dari Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Melansir Kompas.com, Dicky meminta pemerintah untuk tidak terburu-buru dalam mengeluarkan kebijakan terkait pandemi covic-19 ini.
"Sekali lagi dalam kondisi seperti ini kita jangan terburu-buru, sehingga bukannya meningkatkan respons terhadap pandemi, justru malah kontraproduktif," tuturnya.
Ia juga meminta mesin GeNose ini digunakan dalam proporsi yang tepat sebagai alat baru yang masih dalam tahap uji.
Hal itu terkait wacana Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tentang penggunaan GeNose sebagai alat screening covid-19 di stasiun kereta api.
"Sebagai alat baru yang masih dalam tahap uji, tidak bisa serta merta langsung dijadikan sebagai alat untuk program yang sangat penting saat ini," kata Dicky.
Meski begitu, ia tetap mengapresiasi penemuan besar anak bangsa tersebut.
Hanya saja ia menegaskan untuk tidak mengabaikan prinsip ilmiah dan proporsi dalam penggunaan alat baru tersebut.
GridPop.ID (*)