"Kesedihan kita yaitu kita berasa kehilangan sekali," kata Ratih.
Ratih bercerita semasa hidup almarhum dikenal sebagai sosok yang tangguh dan bertanggung jawab terhadap keluarganya.
Merujuk artikel terbitan Kompas.com, Radhar Panca Dahana memiliki julukan yang sangat beragam.
Selain itu, Radhar pun bergiat sebagai pekerja dan pengamat teater. Puluhan esai, kritik, karya jurnalis, kumpulan puisi, naskah drama, pertunjukan teater, dan beberapa buku tentang teater telah dihasilkannya.
Radhar Panca Dahana memang dianugerahi bakat menulis. Ketika masih duduk bangku kelas lima sekolah dasar, ia sudah mampu menulis sebuah cerita pendek "Tamu Tak Diundang."
Pada saat duduk di bangku kelas dua SMP, ia menjadi redaktur tamu majalah Kawanku. Selama beberapa bulan, ia membantu menyeleksi naskah cerpen dan puisi yang masuk.
Ia mulai mengarang cerita pendek, puisi, dan membuat ilustrasi ketika duduk di kelas tiga SMP.
Beberapa karyanya, di antaranya, dimuat di majalah Zaman, yang waktu itu redakturnya adalah Danarto.