Find Us On Social Media :

Sudah Musim Kemarau, Mengapa Hujan Masih Saja Turun Sepanjang Hari? Begini Penjelasan Ilmiah dari Lapan hingga BMKG

By Lina Sofia, Jumat, 25 Juni 2021 | 12:02 WIB

Penghangatan suhu permukaan laut sendiri adalah bagian dari feedback respons terhadap kondisi di Samudera Pasifik yang saat ini mengalami La Nina.

Baca Juga: Pantas Warga Geger, Ternyata Ini Asal Muasal Dentuman Keras di Langit Malang, BMKG Singgung Fenomena Alam yang Tak Biasa Ini

Adapun La Nina, menurutnya saat ini semakin melemah dan cenderung menuju netral.

Untuk Dipole Negatif diprediksi hanya akan berlangsung singkat sekitar Juli-Agustus, namun eksistensi vortex dan penghangatan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia diprediksi akan berlangsung hingga Oktober.

Dipole Mode negatif di Samudera Hindia

Erma mengatakan, potensi anomali musim kemarau basah itu juga diperkuat dengan prediksi pembentukan Dipole Mode negatif di Samudera Hindia.

Menurut Erma, fenomena tersebut berpotensi menimbulkan fase basah di barat Indonesia.

Dia menjelaskan, Dipole Mode itu ditandai dengan penghangatan suhu permukaan laut di Samudera Hindia dekat Sumatera.

Baca Juga: Akhirnya Terjawab Sudah, Masuk Musim Hujan kok Masih Terasa Gerah dan Panas? Ternyata Ini Penyebabnya hingga Penjelasan dari BMKG

"Sedangkan sebaliknya di wilayah dekat Afrika mengalami pendinginan suhu permukaan laut," ujar Erma.

Erma mengatakan, kondisi tersebut mengakibatkan pemusatan aktivitas awan dan hujan terjadi di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera.

"Sehingga berdampak pada pembentukan hujan yang berkepanjangan selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Erma.

"Sedangkan sebaliknya di wilayah dekat Afrika mengalami pendinginan suhu permukaan laut," ujar Erma.

Erma mengatakan, kondisi tersebut mengakibatkan pemusatan aktivitas awan dan hujan terjadi di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera.

"Sehingga berdampak pada pembentukan hujan yang berkepanjangan selama musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Erma.