Seperti yang dilansir dari Intisari Online, vaksin kebanggaan China itu memang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tapi efikasi Sinovac senilai 51% hanya lebih 5% dari batas efikasi WHO untuk vaksin Covid-19.
Apalagi, tidak ada publikasi data klinis untuk mendukung klaim produsen agar menerima vaksin mereka.
Bagi China sendiri, vaksin menjadi senjata kunci kebijakan luar negeri mereka selama pandemi ini.
Sering kali China membagikan vaksin murah ke negara miskin yang tidak punya akses ke vaksin 'premium'.
Untuk beberapa negara contohnya Hungaria, tampaknya harga jadi masalah sehingga mereka memilih vaksin Sinovac daripada Pfizer ataupun AstraZeneca, berbeda dari negara Uni Eropa lainnya.
China pun terus-terusan membela kualitas vaksin mereka yang sudah dijual jauh sebelum mereka menyelesaikan tahapan pengujian klinis.
Tanpa data yang tersedia, efektivitas Sinovac melawan varian baru Covid-19 tidak akan diketahui.