Find Us On Social Media :

Banyak Nakes Gugur Meski Sudah Vaksin, Ikatan Dokter Indonesia Kini Ungkap Efikasi Vaksin, Benarkah Sinovac Tak Manjur?

By Arif B, Minggu, 4 Juli 2021 | 13:42 WIB

ilustrasi vaksin Sinovac

GridPop.ID - Seperti yang kita tahu, Indonesia telah memulai vaksinasi untuk tenaga kesehatan (nakes) sejak pertengahan Januari 2021.

Namun, meski sudah mendapatkan suntikan vaksin Sinovac tidak serta membuat nakes kebal akan Covid-19.

Seperti yang dilansir dari Kompas.com, sudah ratusan dokter yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Bahkan di antaranya sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Selang Sehari dari Rachmawati Soekarnoputri, Mantan Istri Didi Mahardhika Dikabarkan Meninggal Dunia Usai Terpapar Covid-19

Namum, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Slamet Budiarto tidak bisa mengungkapkan jumlah pastinya.

"Ini sebagian besar dokter yang meninggal sudah divaksin dua kali, artinya ini terkait efikasi vaksin," kata Slamet, Selasa (29/6/2021).

Berkaca dari kejadian ini, timbul kekhawatiran terkait efikasi vaksin kebanggaan China tersebut.

Bahkan, Kosta Rika sendiri yang juga lumpuh karena Covid-19 memilih menolak mentah-mentah penggunaan vaksin Sinovac.

Seperti yang dilansir dari Intisari Online, vaksin kebanggaan China itu memang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tapi efikasi Sinovac senilai 51% hanya lebih 5% dari batas efikasi WHO untuk vaksin Covid-19.

Apalagi, tidak ada publikasi data klinis untuk mendukung klaim produsen agar menerima vaksin mereka.

Bagi China sendiri, vaksin menjadi senjata kunci kebijakan luar negeri mereka selama pandemi ini.

Baca Juga: Aturan Masa PPKM Darurat Wajibkan Masyarakat Bawa Kartu Vaksin, Menhub Beri Penjelasan Syarat Bagi yang Belum

Sering kali China membagikan vaksin murah ke negara miskin yang tidak punya akses ke vaksin 'premium'.

Untuk beberapa negara contohnya Hungaria, tampaknya harga jadi masalah sehingga mereka memilih vaksin Sinovac daripada Pfizer ataupun AstraZeneca, berbeda dari negara Uni Eropa lainnya.

China pun terus-terusan membela kualitas vaksin mereka yang sudah dijual jauh sebelum mereka menyelesaikan tahapan pengujian klinis.

Tanpa data yang tersedia, efektivitas Sinovac melawan varian baru Covid-19 tidak akan diketahui.

Yang diketahui dari vaksin lain melawan varian Delta adalah penurunan proteksi yang nyata, dengan hanya satu dosisi dan penurunan yang lebih terbatas setelah diimunisasi penuh.

Meski begitu, jika vaksin Sinovac juga mengalami penurunan kemanjuran maka Sinovac tidak akan melewati ambang bawah batas efikasi vaksin yang ditetapkan WHO.

Padahal seperti yang kita tahu, virus Covid-19 varian Delta jenis varian yang sangat mudah menular.

Baca Juga: Enggan Divaksin Karena Takut Reaksinya? Berikut Cara Mudah Mengatasi Efek Samping Usai Melakukan Vaksin Covid-19

Seperti yang terjadi di Inggris. Hanya tiga bulan setelah pertama kali ditemukan di Inggris, Delta telah mencetak lebih dari 99 persen kasus.

Tidak hanya itu, varian Delta juga merupakan 90 persen kasus Covid-19 di Rusia dan telah memecahkan rekor kasus harian tertinggi.

Menurut Bennett, varian Delta berpotensi 60 persen lebih menular dibandingkan cairan Alpha yang sudah 50 persen lebih menular dibandingkan varian lainnya.

Penelitian dari Public Health England memperkirakan, Delta mempunyai nilai reproduksi 6,0. Artinya, setiap satu orang terinfeksi Delta, enam orang lainnya akan tertular.

GridPop.ID (*)