Find Us On Social Media :

Tahu Risiko Bakal Korbankan Ribuan Penduduk yang Meregang Nyawa, Singapura Kekeuh Rancang Skema Hidup Berdampingan dengan Covid-19!

By Ekawati Tyas, Rabu, 18 Agustus 2021 | 09:03 WIB

Singapura

GridPop.ID - Singapura akan segera berdamai dengan Covid-19 yang selama ini membuat tatanan kehidupan negara jadi semrawut.

Dilansir dari Kompas.com, Singapura memang diketahui sebagai salah satu negara dengan tingkat vaksinasi tertinggi di dunia.

Dengan tingkat kematian yang tak lagi tinggi, Singapura akan segera membuka kembali bisnisnya.

Negara tersebut kini mulai mempersiapkan untuk menjalani kehidupan secara beriringan dengan Covid-19 layaknya penyakit umum lain seperti flu.

Dikatakan oleh pakar medis Singapura, para penduduk negara tersebut mungkin akan menjumpai ratusan kematian setiap tahunnya akibat Covid-19, seperti dengan flu.

Pendekatan pragmatis itu akan menjadi contoh bagi negara-negara lain, yang ingin keluar dari wabah Covid-19, saat mereka meningkatkan program inokulasi mereka sendiri.

"Satu-satunya cara agar tidak ada kematian akibat penyakit di mana pun di dunia adalah dengan menghilangkan penyakit itu sama sekali dan itu baru hanya terjadi pada cacar," kata Paul Tambyah, presiden Asia Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection.

Sejak wabah penyakit tersebut ada pada Januari 2020, Singapura melaporkan hanya 44 kematian.

Baca Juga: POPULER: Bayi Terkecil di Dunia Lahir di Singapura, Bobotnya Cuma Seberat Buah Apel, Kondisinya Usai Dirawat Intensif 13 Bulan Jadi Sorotan

Kondisi tersebut, dibandingkan dengan sekitar 800 kematian yang menurut dokter terkait flu pada tahun biasa, di negara dengan populasi 5,7 juta penduduk.

"Walaupun gagasan tentang ratusan kematian akibat Covid-19 tampaknya mengejutkan dibandingkan dengan kematian sejauh ini dan layak dilakukan upaya pencegahan,

itu setara dengan influenza, yang hampir tidak dipedulikan masyarakat," kata Alex Cook, pakar pemodelan penyakit menular di National Universitas Singapura (NUS).

Ia menambahkan, jika vaksinasi di kalangan orang tua tidak membaik, maka diprediksi bahwa sebanyak 1.000 orang mungkin meninggal dunia dalam satu hingga dua tahun ke depan.

Diperkirakan oleh para ahli, kematian sebagian besar terjadi di antara mereka yang masuk dalam kelompok usia tertua dan tetap tak divaksinasi meski telah memenuhi syarat untuk kurang dari setengah tahun.

Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan, ketika ekonomi terbuka, warga Singapura harus "siap secara psikologis bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 kemungkinan juga akan naik."

Tiga perempat populasi Singapura sepenuhnya diinokulasi terhadap virus corona, dan negara itu akan melonggarkan lebih banyak pembatasan pada September, ketika tingkat vaksinasi mencapai 80 persen.

Pada 16 Agustus, 80 persen dari mereka yang berusia 70 tahun ke atas telah divaksinasi lengkap, dan yang berusia 60-69 tahun mencapai 88 persen.

Baca Juga: Bikin Syok! Cuma Butuh Uang Rp 100 Ribu untuk Makan Satu Tahun, Pria Ini Bertahan Hidup dengan Cara Ekstrem Ini

Singapura melaporkan enam kematian Covid-19 dalam dua minggu terakhir, diantara mereka tidak ada yang divaksinasi.

“Hasil awal pemodelan matematika memperkirakan jumlah kematian dari manula berusia 60 tahun ke atas akan menjadi sekitar 480 pada 2022,” kata Teo Yik Ying, dekan Saw Swee Hock School of Public Health di NUS melansir Reuters pada Selasa (17/8/2021).

Adapun negara lain yang memiliki keberhasilan awal dengan virus Corona yakni Australia yang juga mengubah strategi mereka guna persiapan menghadapi lebih banyak kematian akibat Covid-19 di era sekarang.

Tetapi sebagai salah satu negara yang paling banyak divaksinasi di dunia, Singapura mungkin yang pertama menunjukkan apa artinya itu.

“Jika negara-negara mulai bergerak ke arah strategi endemik Covid-19, diprediksi akan ada lebih banyak kematian terkait,

meskipun masih belum jelas berapa banyak dari ini akan menjadi kematian berlebih dan berapa banyak yang akan terjadi terlepas dari Covid-19, " ucap Teo.

Sementara itu dilansir dari TribunBatam.id, sebelum kebijakan ini muncul, Singapura memberlakukan lockdown sejak 22 Juli lalu.

Lockdown akan segera berakhir dengan alasan jumlah orang yang divaksinasi telah meningkat, yaitu hampir dua per tiga populasi warga atau sekitar 63,4 persen.

Baca Juga: Uang Rp 2 Triliun Akidi Tio Ternyata Ada di Bank Singapura, Suami Heriyanti Ungkap Fakta Mengejutkan: Tidak Bisa Dicairkan Sekaligus

GridPop.ID (*)