GridPop.ID - Sebagai masyarakat Indonesia, beras menjadi salah satu bahan pokok yang wajib dibeli dan disimpan di rumah.
Hal ini lantaran banyak orang yang kalau belum makan nasi akan menyebut dirinya belum makan.
Karena nasi mengandung karbohidrat yang sangat tinggi guna mengenyangkan perut.
Bahkan banyak yang lebih memilih makan nasi dengan lauk seadanya.
Menjadi bahan pokok yang sangat penting, kita juga perlu hati-hati dalam memilih beras.
Karena beras pun tersedia dalam beragam jenis harga sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Namun, jangan sampai membeli beras dengan ciri-ciri seperti ini karena sangat berbahaya untuk seisi rumah.
Kini banyak beredar beras dengan campuran pemutih di pasaran.
Para pedagang menambahkan zat klorin untuk membuat beras yang butek jadi tampak putih kembali.
Padahal zat ini merupakan bahan kimia yang tak bisa dimakan alias tidak food grade, lo.
Klorin biasanya digunakan dalam proses pemutihan air atau biasa kita temukan dalam pembalut.
Dilansir dari Sajian Sedap, pemakaian klorin, menurut Prof.Djoko Said Damardjati dari Pusat Riset dan Pengembangan Tanaman Pangan Bidang Litbang Pertanian, dalam acara diskusi yang diadakan oleh PT.TPS Food di Solo, Selasa (4/11/14), biasanya dilakukan oleh petani atau pedagang yang nakal untuk mengakali beras yang sudah apek atau jelek.
"Mereka mencampurkan klorin saat beras digiling," katanya.
Dengan mengenali ciri fisik beras berkualitas, sebenarnya kita bisa membedakan beras yang warna putihnya tidak alami.
"Pada dasarnya tidak sulit membedakannya, antara lain dari baunya yang tajam. Kita juga perlu curiga kalau warna berasnya putih sekali atau putih pucat. Beras yang bagus putihnya alami dan tampak mengkilat," kata Prof.Djoko Said Damardjati dari Pusat Riset dan Pengembangan Tanaman Pangan Bidang Litbang Pertanian, dalam acara diskusi yang diadakan oleh PT.TPS Food di Solo, Selasa (4/11/14).
Beras yang berkualitas ditentukan oleh dua hal, yakni kualitas beras, misalnya bentuk fisik beras, kadar air, panjang beras, dan kualitas gilingannya.
Produk beras yang bagus biasanya hanya memiliki sedikit beras patah dan juga kotoran seperti batu.
Selain itu, beras yang berkualitas juga bisa kita nilai dari mutu nasi, yakni rasanya setelah dimasak.
Sebagian besar orang yang tinggal di Pulau Jawa pada umumnya menyukai beras yang pulen, sementara di wilayah Sumatera lebih menyukai yang sedikit pera.
Yang menarik, ternyata banyak orang yang ingin mendapatkan beras yang bagus dan pulen tapi kurang memerhatikan kualitas.
"Dari survei kami, ternyata ibu-ibu kurang memikirkan kualitas beras saat membeli beras, tetapi mereka sangat memerhatikan kualitas air yang dimasak. Biasanya air yang dipakai untuk masak besar adalah air galon," kata Chris Oey, Marketing Director Beras Cap Ayam Jago, dalam acara yang sama.
Padahal, lanjut Chris, untuk mendapatkan nasi yang enak, tentu bahan bakunya, yakni beras itu sendiri, harus yang bermutu.
Salah satu cara untuk mengetahui beras yang kita beli terjamin mutunya, bisa dilihat pada kemasan.
Produk yang sudah memiliki label SNI (standar nasional Indonesia) mutunya lebih terjamin.
Dosen IPB, Prof. Nuri Andarwulan menyatakan, beras akan mengalami penurunan kualitas seiring berjalannya waktu.
Perubahan kualitas tersebut berupa perubahan fisik seperti warna, tekstur, serta aroma beras.
Dilansir dari Kompas.com, ia memaparkan langkah-langkah menjaga kualitas beras selama masa penyimpanan.
Untuk menjaga kualitas kimiawi beras, dia menyarankan supaya memastikan gabah telah kering sebelum digiling.
Dia menyebut, kandungan air yang rendah akan menghambat proses metabolisme dalam beras. Selain itu, proses penggilingan juga berperan penting dalam menjaga mutu beras.
"Proses penggilingan yang tidak bersih menyebabkan kandungan dedak pada beras menjadi tinggi. Dedak memiliki kadar lemak tinggi yang mudah teroksidasi. Proses inilah yang akan membuat beras lebih cepat berbau apek," ujar dia.
Untuk menghindari serangan hama seperti tikus maupun serangga, dia menyarankan supaya beras disimpan pada wadah yang tertutup rapat dan kuat.
Dia menjelaskan, selain menghindari masuknya uap air yang dapat meningkatkan kadar kelembaban beras, material yang kuat juga dapat menghindari gigitan tikus.
Dia juga menyarankan, jika beras disimpan dalam karung sebaiknya tidak mengunakan karung yang berbahan goni. Sebaliknya, penyimpanan dapat menggunakan karung berbahan plastik agar mampu menahan kontaminasi dari lingkungan eksternal.
"Kadar uap air atau kelembaban yang tinggi juga dapat membuat struktur beras menjadi rapuh dan mudah patah. Selain itu juga memudahkan tumbuhnya jamur atau kapang, serta memicu terjadinya penggumpalan pada beras," kata Pakar Kimia Pangan IPB ini.
GridPop.ID (*)