Ia mengungkapkan benda yang di koleksinya saat ini mulai dari keris, siwar, parang, pedang, tombak, pataka, Al Quran mini atau istambul Turki buatan tahun 1931, dan gelang dari gading gajah.
"Jadi dari beberapa koleksi saya ini sengaja saya sertifikasi, ada yang saya sertifikasi setingkat museum, ada juga hanya dari beberapa paguyuban, kemudian khusus untuk keris saya cari literaturnya," ujarnya.
Sebagai putra Sumsel ia juga mengoleksi pusaka Sriwijaya pada era kesultanan Palembang pada era Susuhunan Abdurrahman pada tahun 1600-1700 atau sudah 300 tahunan lebih.
"Saya juga mengoleksi keris dari daerah asal saya lahat, namanya kris pokal, biasanya kalau orang semendo di kampung-kampung mengoleksi keris ini, terutama para keturunan pasirah, kemudian biasanya diberi keris ini," ungkapnya.
Kemudian ia juga mengoleksi mandau Bedung atau senjata tradisional Masyarakat Musi Banyu Asin (Muba), ia mendapatkan pusaka tersebut pemberian dari keluarga istrinya.
"Mandau ini dalam tradisi lamaran (sekayu), biasanya dalam tradisi lamaran selalu disertakan, parang ini sepasang, ada laki-laki dan perempuan, pusaka ini tujuannya sebagai parlindungan untuk keluarga," ujarnya.
Ia bercerita mulai tertarik mengoleksi benda pusaka sejak tahun 1996 yang berawal dari hobi koleksi mulai dari perangko, uang kuno hingga akhirnya karena ia merupakan salah satu keturunan pangeran di wilayah Kikim Lahat banyak diwariskan benda pusaka.
"Ditambah keluarga ibu saya juga hobby benda pusaka, dan istri saya juga keturunan pasirah pada masa itu, sehingga saya banyak diserah terimakan benda pusaka," ungkapnya.