GridPop.ID - Bagi pasangan yang sudah menikah, hubungan intim merupakan salah satu ritual yang sudah sepatutnya dilakukan secara rutin.
Hubungan seksual yang berkualitas dipercaya mampu memupuk cinta antara kedua belah pihak.
Selain itu, hubungan seksual juga memiliki segudang manfaat yang baik untuk tubuh manusia.
Namun selama pandemi ini banyak pasangan yang tidak bisa melakukan aktivitas seksual dengan pasangannya, seperti berhubungan intim.
Keadaan yang mengharuskan berjarak dan kadang perlu hidup terpisah membuat mereka tidak bisa melakukan aktivitas seksual dan mendapat keintiaman.
Tahukah kamu, jika seseorang tidak berhubungan intim dalam waktu yang lama ternyata berbahaya bagi kondisi tubuh.
Dilansir melalui NOVA.ID, dampak dari kondisi ini ternyata bisa lebih buruk dari frustasi.
Apa sajakah bahaya itu?
Menurut Dr Rachel Needle, psikolog dan co-director di Modern Sex Therapy Institutes, berhubungan intim bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Seks dapat membuat kualitas tidur kita membaik, seperti tidur lebih nyenyak.
Sementara seks bagi kesehatan mental baik untuk menurunkan stress, mengurangi cemas dan depresi.
Ia mengatakan dnegan manfaat ini orang yang tidak berhubungan intim tetap bisa mendapatkannya dengan masturbasi dan mengalami orgasme.
"Orgasme melepaskan endorfin yang membantu mengurangi stres, setidaknya untuk sementara, dan mengarah pada perasaan positif yang membuat kita lebih bahagia," kata Needle.
Bagi mereka yang selama beberapa bulan tidak berhubungan intim atau melakukan aktivitas seksual akan haus sentuhan.
Hal itu dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kecemasan dan depresi.
"Ketika mereka yang ingin berhubungan seks mengalami kurangnya keintiman seksual, akan terjadi efek yang merusak kesehatan mental, emosional, dan fisik yang mengakibatkan berbagai gejala, perasaan terisolasi, rasa tidak aman, dan harga diri rendah." ungkap Dr Dulcinea Pitagora, psikoterapis dan terapis seks di NYC.
Lantas, berapa kalikah frekuensi ideal untuk berhubungan seksual?
Terkait hal itu, seksolog kondang dr Boyke Dian Nugraha, DSOG, MARS memberikan jawabannya.
Dilansir melalui Kompas.com, dr Boyke berujar bahwa sebenarnya tak ada batasan baku berapa kali suami-istri harus berhubungan seksual.
Semua itu kembali pada keduanya, mengingat hubungan intim amat bergantung pada mood atau suasana hati dan keinginan mereka.
"Sepanjang keduanya berhasrat, sanggup melakukannya, dan sama-sama menikmatinya, kenapa tidak?" ujar dr Boyke.
Kendati tak ada pola baku, Boyke menganjurkan agar suami-istri berintim-intim secara teratur 1-4 kali seminggu.
Pertimbangannya, frekuensi tersebut sesuai ritme tubuh atau kondisi fisiologis pria maupun wanita.
"Produksi sperma oleh buah zakar boleh dibilang sudah memenuhi kuota penampungan dalam kurun waktu tiga hari."
"Nah, kalau bisa mengikuti ritme fisiologis tersebut, kan bagus. Apalagi lantaran produksi ini memang harus dikeluarkan secara teratur sesuai waktu atau batas kuota alamiah tadi."
Pola 1-4 kali seminggu ini juga memberikan keuntungan lain berupa kesempatan "beristirahat sejenak" pada organ-organ tubuh wanita maupun pria, bila memang diperlukan demikian.
GridPop.ID (*)