Find Us On Social Media :

Ditolak di Negara Jepang dan Korea, Vaksin Sinovac yang Mayoritas Digunakan di Indonesia Ternyata Terbukti Miliki Kelebihan Ini, Peneliti Ungkap Fakta Menggembirakan

By Luvy Octaviani, Senin, 27 September 2021 | 19:01 WIB

Ilustrasi Vaksin Sinovac

GridPop.ID - Setelah pandemi menghantam berbagai negara, pemerintah terus melakukan vaksinasi.Kebut vaksinasi ini juga dilakukan di Indonesia.Dilansir dari laman kompas.com, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Reisa Brotoasmoro mengatakan, 40 persen dari total sasaran vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah menerima suntikan vaksin Covid-19 dosis pertama. Adapun total sasaran vaksinasi Indonesia sebanyak 208.265.720 warga. "Alhamdulillah Indonesia sudah melampaui target 10 persen (target WHO). Bahkan sudah mencapai benchmark 40 persen pemberian vaksinasi dosis pertama pada pekan ini," ujar Reisa dalan keterangan pers secara virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (24/9/2021). "Sedangkan sebanyak 22,73 dari 208.265.720 sasaran vaksinasi di Indonesia sudah menerima dosis kedua," kata dia.Menurut Reisa, capaian ini menempatkan Indonesia di 10 besar negara di dunia dengan suntikan terbanyak di dunia.Diketahui, mayoritas penduduk di Indonesia menggunakan vaksin sinovac yang berasal dari China.

Baca Juga: Sampai Buat Ria Ricis Curigai Calon Suami Jual Ginjal, sang Youtuber Girang Bukan Main Terima Deretan Seserahan Mewah Dari Teuku Ryan hingga Ungkapkan Hal Ini

Dilansir dari laman tribunstyle.com, beruntung bagi yang sudah vaksinasi pakai Sinovac, ternyata bisa kurangi risiko kritis saat Covid-19.Vaksin Covid-19 merek Sinovac dari China ini menjadi salah satu yang pertama yang dipakai sebagai pencegahan.Meski begitu Sinovac sendiri sering mengalami penolakan dan sering tak dipercaya di berbagai negara termasuk Jepang.Namun hal tersebut dibantah oleh salah satu penelitian dari Malaysia yang menyebutkan keuntungan menggunakan vaksin Sinovac.Dilansir dari Kontan (25/9/2021), sebuah studi besar yang diambil datanya dari kasus nyata di Malaysia menunjukkan, vaksin Covid-19 Sinovac efektif melawan penyakit serius.Penolakan vaksin Sinovac ini berawal dari Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan.Dilansir dari Tribunnews, (30/8/2021), Sejumlah Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang hendak ke Jepang dan Korea Selatan disuntik jenis Astrazeneca.Pasalnya, vaksin tersebut diberikan menyusul penyesuaian dengan standarisasi jenis vaksin yang digunakan oleh para negara penempatan tersebut.Sebagian besar dari negara penempatan diketahui tidak menerima atau menolak vaksin jenis Sinovac yang umum digunakan di Indonesia.Namun ada angin segar bagi berbagai negara, termasuk Indonesia, yang menggunakan vaksin Covid-19 Sinovac sebagai vaksin pertama.

Baca Juga: Nekat Sembunyikan Pernikahan Siri hingga Isu Hamil Duluan, Ternyata Ini Alasan Lesti Kejora dan Rizky Billar Tetap Gelar Pernikahan Megah

Meski begitu, hal ini tak mengurangi hasil vaksin lain, termasuk dari Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca yang menunjukkan tingkat perlindungan yang lebih baik.Sinovac sendiri hingga kini masih diawasi terkait efektivitasnya melawan Covid-19.Hal ini menyusul laporan infeksi di antara petugas tenaga kesehatan yang sudah diimunisasi penuh dengan suntikan Sinovac di Indonesia dan Thailand.Studi yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia ini menemukan bahwa 0,011% dari sekitar 7,2 juta penerima suntikan Sinovac memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) untuk infeksi Covid-19, kata pejabat kesehatan kepada wartawan, Kamis (24/9/2021).Sebaliknya, 0,002% dari sekitar 6,5 juta penerima vaksin Pfizer/BioNTech membutuhkan perawatan ICU untuk infeksi Covid-19, sementara 0,001% dari 744.958 penerima vaksin AstraZeneca membutuhkan perawatan serupa.Kalaiarasu Peariasamy, direktur di Institute for Clinical Research Malaysia yang melakukan penelitian bersama dengan gugus tugas Covid-19 nasional, mengatakan vaksinasi - terlepas dari mereknya - telah mengurangi risiko seseorang untuk dirawat di ruang perawatan intensif sebesar 83% dan menurunkan risiko kematian sebesar 88%.Hasil tersebut didapat berdasarkan penelitian yang lebih kecil yang melibatkan sekitar 1,26 juta orang."Tingkat terobosan untuk penerimaan unit perawatan intensif sangat rendah," katanya.

Baca Juga: Tak Bisa Berkutik Saat Lehernya Diterkam, Seorang Pendulang Emas di Merangin Tewas Digigit Harimau, Terungkap Korban Sedang Lakukan Hal Ini Sebelum Kejadian Nahas

Dia menambahkan, perawatan ICU secara keseluruhan di antara individu yang sudah divaksinasi penuh mencapai 0,0066%.Adapun tingkat kematian orang yang divaksinasi lengkap juga rendah yaitu 0,01% dan mayoritas dari mereka berusia di atas 60 tahun atau dengan penyakit penyerta.Menurut Kalaiarasu, ada perbedaan demografi penerima ketiga vaksin dan hal tersebut bisa menghasilkan hasil yang berbeda."Banyak penerima AstraZeneca berada di usia pertengahan dewasa, sementara penerima suntikan Pfizer dan Sinovac sangat banyak untuk populasi yang rentan," katanya.Penerima AstraZeneca juga menyumbang proporsi penelitian yang jauh lebih kecil, yang melibatkan sekitar 14,5 juta individu yang divaksinasi lengkap dan dilakukan selama lebih dari lima bulan sejak 1 April.Pada bulan Juli, Malaysia mengatakan akan menghentikan pemberian vaksin Sinovac setelah persediaannya berakhir, karena memiliki cukup banyak vaksin lain untuk programnya.Vaksin Sinovac telah digunakan secara luas di beberapa negara termasuk China, Indonesia, Thailand dan Brasil, dan perusahaan tersebut mengatakan awal bulan ini telah memasok 1,8 miliar dosis di dalam dan luar negeri.Malaysia telah sepenuhnya memvaksinasi 58,7% dari 32 juta penduduknya dan memberikan setidaknya satu dosis untuk 68,8% populasinya.

Baca Juga: Dulu Jadi Polisi Berpangkat Aipda hingga Pensiun, Agus Kini Terpaksa Ngemis Jadi Manusia Silver Karena Alasan Memilukan IniGridPop.ID (*)