"Pertama, orang itu bisa melakukan apapun dengan boneka itu. Kedua, setiap niat dimatikan, yang bisa menjadi faktor bersama pelacur," jelas Senger.
Tapi Senger, yang adalah co-chair di Austrian Society for Sexual Research (OeGS), mengatakan dia terkejut oleh beberapa boneka yang lebih populer daripada pelacur nyata dan menyebutnya 'kecenderungan autistik yang nyata'.
Sementara itu, dilansir Tribun Kesehatan, seorang akademisi mengingatkan munculnya fenomena 'digiseksual' di masyarakat.
Peringatan itu muncul setelah sebuah penelitian meneliti tentang meningkatnya jumlah pengguna boneka seks—termasuk terhadap sebuah rumah bordil pertama yang mempekerjakan boneka seks sebagai pekerjanya.
Penelitian itu juga didukung oleh semakin masifnya perusahaan yang mengembangkan boneka seks berteknologi tinggi dengan kulit silikon, punya kemampuan menggoda, dan mensimulasikan orgasme.
“Psikoterapis harus dipersiapkan karena akan lebih banyak klien yang punya kecenderungan digiseksual ini,” tulis sebuah laporan yang digagas oleh Neil McARthur dan Markie Twist dari University of Manitoba.
GridPop.ID (*)