GridPop.ID - Kehamilan diusia yang muda masih sering kita dengar.
Kehamilan di kalangan remaja ini tentu menjadi masalah di berbagai negara di dunia.
Pasalnya, kondisi tersebut menimbulkan beragam risiko bagi ibu maupun bayi.
Seorang dokter Malaysia pun terkejut saat menerima pasien tak biasa ini.
Dilansir dari Tribun Trends, Dr Najdah Othman, seorang dokter yang bekerja di Sultanah Aminah Hospital Departemen Darurat, Johor, Malaysia menceritakan pengalamannya.
Sang dokter mengatakan bahwa dirinya sering menangani kasus pemerkosaan atau kasus hubungan seksual anak di bawah 18 tahun.
Dokter tersebut juga pernah menerima pasien yang hendak melahirkan namun masih berumur 12 tahun.
Hatinya sedih melihat kenyataan tersebut masih jamak terjadi di masyarakat.
Menurutnya, pada kasus hubungan seksual yang terjadi atas dasar suka sama suka atau kesepakatan bersama, sebabnya adalah karena anak-anak terlalu dini terekspos hal-hal semacam itu.
"Mungkin dari kecil mereka sudah menonton video porno atau belajar dari saudara dan teman," ujar sang dokter seperti dikutip dari Mstar.
Dokter Najdah menambahkan betapa pentingnya kasus-kasus kehamilan anak di bawah umur tersebut untuk diselidiki sebagai kasus perkosaan.
Bagaimanapun, ini melibatkan anak di bawah umur.
"Beberapa hamil, beberapa tidak. Tetapi tuduhannya tetap sama di bawah perkosaan menurut undang-undang. Saya hanya ingin pelanggar dihukum. Tergantung pada penyelidikan dan bukti kasus," tambahnya.
Selain itu, dr Najdah juga menangani kasus perkosaan bahkan ia pernah menjumpai korban termuda.
Yakni anak enam tahun yang diperkosa saudara laki-lakinya yang berusia 13 tahun.
"Untuk kasus-kasus yang saling suka, kami hanya bisa memberikan nasihat agar mereka tidak mengulangi dan mengambil pelajaran.
Namun untuk kasus-kasus korban perkosaan, rasanya sangat mengundang simpati.
Mereka mungkin mengalami kesulitan dan trauma untuk melupakan kejadian tersebut."
Sang dokter menambahkan,
"Bagi saya, semua kasus di bawah umur masih menjadi korban situas.
Kebanyakan mereka naif dan tidak tahu bahwa itu salah dan dapat menyebabkan mereka hamil."
Menurut kacamata dr Najdah, anak di bawah umur yang melakukan aktivitas seksual baik secara sukarela maupun terpaksa, dipandang sebagai korban.
Ia menekankan pentingnya pendidikan seksual sejak dini.
Hal ini dimaksudkan agar anak lebih peka dan hati-hati.
"Anak-anak perlu mengetahui bagian tubuh mana yang boleh disentuh, mana yang tak boleh.
Juga bagian tubuh mana yang tak boleh dilihat orang lain.
Mereka juga perlu diberitahu apa akibat dari perbuatannya.
Orang tua juga perlu memantau penggunaan ponsel dan gerak-gerik anaknya."
Remaja perempuan usia di bawah 20 tahun pada dasarnya belum matang secara fisik maupun psikologis.
Selain itu, kebanyakan remaja merasa belum siap menjalani peran sebagai orang tua karenanya, kehamilan pada usia tersebut menjadi masalah serius.
Melansir dari Kompas.com Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengeluarkan aturan mengenai usia ideal untuk menikah, yakni minimal 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria.
Sementara, dari segi ilmu kesehatan, usia ideal wanita untuk menikah adalah 20-25 tahun karena dinilai telah matang secara biologis dan psikologis.
Aspek psikologis sendiri menjadi hal penting dalam menjalani pernikahan.
Menurut psikolog Inas Zahra SPsi MPsi, kesiapan mental perempuan berkaitan dengan perkembangan otak bayi.
Ia menuturkan, otak depan atau prefrontal cortex yang punya andil dalam intelektualitas merupakan bagian otak yang terakhir berkembang. Intelektual tersebut berkaitan dengan cara berpikir matang dan kritis, termasuk dalam memecahkan masalah rumah tangga.
“Nah, prefrontal cortex baru terbentuk di usia 20-an atau rata-rata usia 21-25 tahun. Akibatnya, remaja hamil berisiko mengalami stres lebih tinggi karena belum siap menjadi seorang ibu,” jelas Inas dikutip dari laman Genbest.id.
Dari aspek biologis, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan, bayi yang lahir dari ibu berusia di bawah 20 tahun berisiko mengalami berat badan lahir rendah (BLBR) yang menjadi faktor penyebab anak stunting. Bukan itu saja, kehamilan di bawah usia 20 tahun juga berisiko bayi lahir prematur dan mengalami kondisi neonatus yang parah.
Sementara itu, remaja yang melahirkan pada usia tersebut rentan mengalami eklampsia, endometritis nifas, dan infeksi sistemik lebih tinggi.
Kehamilan remaja juga berisiko tinggi akan kematian ibu pascamelahirkan. Menurut artikel berjudul Resiko Kesehatan Pada Kehamilan Remaja pada laman Skata, pada tahun 2013, BKKBN mendata sebanyak 70.000 remaja meninggal usai melahirkan.
Kondisi tersebut dikarenakan tubuh remaja masih belum sempurna untuk mempersiapkan kehamilan dan menghadapi persalinan. Menikah dan memiliki anak merupakan keputusan pribadi setiap orang.
Namun, alangkah baiknya semua keputusan dipertimbangkan dengan masak demi kesehatan dan kesejahteraan kamu dan pasangan.
GridPop.ID (*)